Kamis, 07 Desember 2017

SKI yudha




KERAJAAN GOWA TALLO
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mandiri
Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Guru Pengajar : Miftakhul Arifin, S.Pd.I




 








Disusun Oleh :
Nama   : Yudha Pratama
Kelas    : XII B

YAYASAN PONDOK  PESANTREN AL-ISHLAH
MADRASAH ALIYAH AL-ISHLAH
SUKADAMAI KEC . NATAR KAB. LAMPUNG SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2017/ 2018

KATA PENGANTAR
Puji Syukur  atas Kehadirat ALLAH SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berisikan pembahasan tentang Sejarah Kebudayaan Islam
            Penulis menyadari bahwa tidak menutup kemungkinan masih banyak Kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Atas seluruh bantuan bagi semua pihak yang di berikan kepada penulis semoga mendapatkan balasan dari ALLAH SWT. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca AMIIIIN………….


Sukadamai, 25 november 2017


Penulis










DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... I
KATA PENGANTAR................................................................................... II
DAFTAR ISI.................................................................................................. III
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah................................................................................. 1
C.     Tujuan................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Sejarah Kerajaan Gowa Tallo............................................................... 2
B.     Keadaan Social Budaya....................................................................... 3
C.     Letak Kerajaan..................................................................................... 4
D.    Raja Dan Kesultanan............................................................................ 5
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan........................................................................................... 8
B.     Saran..................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 9


BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Kerajaan-kerajaan Islam yang terdapat di Sulawesi Selatan, antara lain Bone, Gowa, Luwu, Soppeng, Tallo, dan Wajo. Tanpa mengesampingkan kerajaan lainnya, kerajaan Gowa-Tallo tercatat mempunyai peran sejarah yang cukup penting baik bagi sejarah daerah, nasional dan juga internasional yang berperan dalam perdagangan regional dan internasional. Gowa dan Tallo juga mempunyai peranan penting dalam penyebaran Islam di Sulawesi Selatan.
Tome Pires (1512-1515 Masehi) ketika melakukan perjalanan ke Malaka pada tahun 1513 menceritakan bahwa orang-orang Makassar sudah berdagang hingga ke Malaka, Kalimantan, Jawa, Borneo, dan juga hampir semua tempat yang berada di antara Pahang dan Siam. Tome Pires juga mengatakan bahwa penguasa di daerah itu yang menguasai lebih dari 50 negeri masih menganut agama yang bukan islam.
Baik sumber-sumber asing maupun sumber naskah-naskah kuno menyatakan bahwa kehadiran agama islam di Sulawesi sudah ada sebelum Tome Pires datang. Tome Pires mungkin sekali menitikberatkan beritanya itu pada kerajaan Gowa dan Tallo yang memang baru memeluk islam sebagai agama resmi kerajaan pada awal abad ke-17 Masehi.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Sejarah Kerajaan Gowa Tallo?
2.      Dimana Letak Kerajaan Gowa Tallo?
3.      Bagaimana Keadaan Sosial Budaya Masa Tersebut?
4.      Siapa Saja Raja Yang Pernah Memerintah Dikerajaan Gowa Dan Tallo?
C.    Tujuan
1.      Memahami Bagaimana Sejarah Kerajaan Gowa Tallo.
2.      Memahami Dimana Letak Kerajaan Gowa Tallo.
3.      Memahami Bagaimana Keadaan Sosial Budaya Masa Tersebut?
4.      Memahami Siapa Saja Raja Yang Pernah Memerintah Dikerajaan Gowa Dan Tallo.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Kerajaan Gowa Tallo
Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Wilayah kerajaan ini sekarang berada dibawah Kabupaten Gowa dan daerah sekitarnya yang dalam bingkai negara kesatuan RI dimekarkan menjadi Kotamadya Makassar dan kabupaten lainnya. Kerajaan ini memiliki raja yang paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat itu melakukan peperangan yang dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669) terhadap Belanda yang dibantu oleh Kerajaan Bone yang berasal dari Suku Bugis dengan rajanya Arung Palakka. Tapi perang ini bukan berati perang antar suku Makassar – suku Bugis, karena di pihak Gowa ada sekutu bugisnya demikian pula di pihak Belanda-Bone, ada sekutu Makassarnya. Politik Divide et Impera Belanda, terbukti sangat ampuh disini. Perang Makassar ini adalah perang terbesar Belanda yang pernah dilakukannya di abad itu.

Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal dengan nama Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi pusat kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Melalui berbagai cara, baik damai maupun paksaan, komunitas lainnya bergabung untuk membentuk Kerajaan Gowa. Cerita dari pendahulu di Gowa dimulai oleh Tumanurung sebagai pendiri Istana Gowa, tetapi tradisi Makassar lain menyebutkan empat orang yang mendahului datangnya Tumanurung, dua orang pertama adalah Batara Guru dan saudaranyaKesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Wilayah kerajaan ini sekarang berada di bawah Kabupaten Gowa dan beberapa bagian daerah sekitarnya. Kerajaan ini memiliki raja yang paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat itu melakukan peperangan yang dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669) terhadap VOC yang dibantu oleh Kerajaan Bone yang dikuasai oleh satu wangsa Suku Bugis dengan rajanya Arung Palakka. Perang Makassar bukanlah perang antarsuku karena pihak Gowa memiliki sekutu dari kalangan Bugis; demikian pula pihak Belanda-Bone memiliki sekutu orang Makassar. Perang Makassar adalah perang terbesar VOC yang pernah dilakukannya di abad ke-17.[1]
B.     Keadaan Sosial-Budaya
Sebagai negara maritim, maka sebagian besar masyarakat Gowa adalah nelayan dan pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf kehidupannya, bahkan tidak jarang dari mereka yang merantau untuk menambah kemakmuran hidupnya.
Walaupun masyarakat Gowa memiliki kebebasan untuk berusaha dalam mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi dalam kehidupannya mereka sangat terikat dengan norma adat yang mereka anggap sakral. Norma kehidupan masyarakat diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang disebut Pangadakkang. Dan masyarakat Gowa sangat percaya dan taat terhadap norma-norma tersebut.
Di samping norma tersebut, masyarakat Gowa juga mengenal pelapisan sosial yang terdiri dari lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan keluarganya disebut dengan Anakarung atau Karaeng, sedangkan rakyat kebanyakan disebut to Maradeka dan masyarakat lapisan bawah disebut dengan golongan Ata.
Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Gowa banyak menghasilkan benda-benda budaya yang berkaitan dengan dunia pelayaran. Mereka terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang dibuat oleh orang Gowa dikenal dengan nama Pinisi dan Lombo. Kapal Pinisi dan Lombo merupakan kebanggaan rakyat Sulawesi Selatan dan terkenal hingga mancanegara.[2]

C.    Letak Kerajaan Gowa Tallo
Kerajaan Gowa dan Tallo lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Makassar. Kerajaan ini terletak di daerah Sulawesi Selatan. Makassar sebenarnya adalah ibukota Gowa yang dulu disebut sebagai Ujungpandang. Secara geografis Sulawesi Selatan memiliki posisi yang penting, karena dekat dengan jalur pelayaran perdagangan Nusantara. Bahkan daerah Makassar menjadi pusat persinggahan para pedagang, baik yang berasal dari Indonesia bagian timur maupun para pedagang yang berasal dari daerah Indonesia bagian barat. Dengan letak seperti ini mengakibatkan Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan besar dan   berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara. Berikut adalah peta Sulawesi Selatan pada saat itu.[3]

D.    Para Raja dan Sultan Gowa
1.      Tumanurung (±1300)
2.      Tumassalangga Baraya
3.      Puang Loe Lembang
4.      I Tuniatabanri
5.      Karampang ri Gowa
6.      Tunatangka Lopi (±1400)
7.      Batara Gowa Tuminanga ri Paralakkenna
8.      Pakere Tau Tunijallo ri Passukki
9.      Daeng Matanre Karaeng Tumapa'risi' Kallonna (awal abad ke-16)
10.  I Manriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiyung Tunipallangga Ulaweng (1546-1565)
11.  I Tajibarani Daeng Marompa Karaeng Data Tunibatte
12.  I Manggorai Daeng Mameta Karaeng Bontolangkasa Tunijallo (1565-1590)
13.  I Tepukaraeng Daeng Parabbung Tuni Pasulu (1593)
14.  I Mangari Daeng Manrabbia Sultan Alauddin I Tuminanga ri Gaukanna; Berkuasa mulai tahun 1593 - wafat tanggal 15 Juni 1639, merupakan penguasa Gowa pertama yang memeluk agama Islam
15.  I Mannuntungi Daeng Mattola Karaeng Lakiyung Sultan Malikussaid Tuminanga ri Papang Batuna; Lahir 11 Desember 1605, berkuasa mulai tahun 1639 hingga wafatnya 6 November 1653
16.  I Mallombassi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape Sultan Hasanuddin Tuminanga ri Balla'pangkana; Lahir tanggal 12 Juni 1631, berkuasa mulai tahun 1653 sampai 1669, dan wafat pada 12 Juni 1670
17.  I Mappasomba Daeng Nguraga Sultan Amir Hamzah Tuminanga ri Allu'; Lahir 31 Maret 1656, berkuasa mulai tahun 1669 hingga 1674, dan wafat 7 Mei 1681
18.  Sultan Mohammad Ali (Karaeng Bisei) Tumenanga ri Jakattara; Lahir 29 November 1654, berkuasa mulai 1674 sampai 1677, dan wafat 15 Agustus 1681
19.  I Mappadulu Daeng Mattimung Karaeng Sanrobone Sultan Abdul Jalil Tuminanga ri Lakiyung. (1677-1709)
20.  La Pareppa Tosappe Wali Sultan Ismail Tuminanga ri Somba Opu (1709-1711)
21.  I Mappaurangi Sultan Sirajuddin Tuminang ri Pasi
22.  I Manrabbia Sultan Najamuddin
23.  I Mappaurangi Sultan Sirajuddin Tuminang ri Pasi; Menjabat untuk kedua kalinya pada tahun 1735
24.  I Mallawagau Sultan Abdul Chair (1735-1742)
25.  I Mappibabasa Sultan Abdul Kudus (1742-1753)
26.  Amas Madina Batara Gowa (diasingkan oleh Belanda ke Sri Lanka) (1747-1795)
27.  I Mallisujawa Daeng Riboko Arungmampu Tuminanga ri Tompobalang (1767-1769)
28.  I Temmassongeng Karaeng Katanka Sultan Zainuddin Tuminanga ri Mattanging (1770-1778)
29.  I Manawari Karaeng Bontolangkasa (1778-1810)
30.  I Mappatunru / I Mangijarang Karaeng Lembang Parang Tuminang ri Katangka (1816-1825)
31.  La Oddanriu Karaeng Katangka Tuminanga ri Suangga (1825-1826)
32.  I Kumala Karaeng Lembang Parang Sultan Abdul Kadir Moh Aidid Tuminanga ri Kakuasanna (1826 - wafat 30 Januari 1893)
33.  I Malingkaan Daeng Nyonri Karaeng Katangka Sultan Idris Tuminanga ri Kalabbiranna (1893 - wafat 18 Mei 1895)
34.  I Makkulau Daeng Serang Karaeng Lembangparang Sultan Husain Tuminang ri Bundu'na; Memerintah sejak tanggal 18 Mei 1895, dimahkotai di Makassar pada tanggal 5 Desember 1895, ia melakukan perlawanan terhadap Hindia Belanda pada tanggal 19 Oktober 1905 dan diberhentikan dengan paksa oleh Hindia Belanda pada 13 April 1906, kemudian meninggal akibat jatuh di Bundukma, dekat Enrekang pada tanggal 25 Desember 1906
35.  I Mangimangi Daeng Matutu Karaeng Bonto Nompo Sultan Muhammad Tahur Muhibuddin Tuminanga ri Sungguminasa (1936-1946)
36.  Andi Ijo Daeng Mattawang Karaeng Lalolang Sultan Muhammad Abdul Kadir Aidudin (1946-1978)[3]
37.  Andi Maddusila Patta Nyonri Karaeng Katangka Sultan Alauddin II (2011-2014)
38.  I Kumala Andi Idjo Sultan Kumala Idjo Batara Gowa III Daeng Sila Karaeng Lembang Parang (2014-Sekarang).[4]


























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal dengan nama Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi pusat kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Melalui berbagai cara, baik damai maupun paksaan, komunitas lainnya bergabung untuk membentuk Kerajaan Gowa. Cerita dari pendahulu di Gowa dimulai oleh Tumanurung sebagai pendiri Istana Gowa, tetapi tradisi Makassar lain menyebutkan empat orang yang mendahului datangnya Tumanurung, dua orang pertama adalah Batara Guru dan saudaranyaKesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Wilayah kerajaan ini sekarang berada di bawah Kabupaten Gowa dan beberapa bagian daerah sekitarnya. Kerajaan ini memiliki raja yang paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat itu melakukan peperangan yang dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669) terhadap VOC yang dibantu oleh Kerajaan Bone yang dikuasai oleh satu wangsa Suku Bugis dengan rajanya Arung Palakka. Perang Makassar bukanlah perang antarsuku karena pihak Gowa memiliki sekutu dari kalangan Bugis; demikian pula pihak Belanda-Bone memiliki sekutu orang Makassar. Perang Makassar adalah perang terbesar VOC yang pernah dilakukannya di abad ke-17.

B.     Saran
 makalah ini telah selesai, namun layaknya sebuah karya biasa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini, maka dari itu saran dan kritik dari teman-teman, utamanya dosen pembimbing yang sifatnya membangun sangatlah kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.Mudah-mudahanmakalahinidapatmenjadiwawasandantambahanilmubagikitasemua, serta kitatermotivasiuntuklebihgiatdansemangatdalambelajar.

DAFTAR PUSTAKA

Fadil, 2008,Pasang Surut Peradapan Islam Dalam Lintas Sejarah, UIN Malang Press,
Malang.
H. Wildan Wargadinata Dan Laily Fitriani, 2008, Sastra Arab Dan Lintas Budaya,
Malang, UIN Malang Press.
Maryam, Siti, 2003, Sejarah Peradapan Islam Klasik Hingga Modern, Lesfi,
Yogjakarta.
Syalabi, 2003, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Cet. VI; Jakarta: PT Pustaka Al Husna
Baru.
Usman Said dkk., 2010, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Cet. I; Ujungpandang: PT,
Yatim, Badri. 2008. Sejarah Peradapan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.


[1]Usman Said dkk., Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Cet. I; Ujungpandang: PT, 1981/1982)
h. 8-9
[2]Fadil, Pasang Surut Peradapan Islam Dalam Lintas Sejarah, UIN Malang Press, Malang (2008) H 46-54
[3]A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Cet. VI; Jakarta: PT Pustaka Al Husna Baru, 2003) h. 71-72
[4]Fadil, Pasang Surut Peradapan Islam Dalam Lintas Sejarah, UIN Malang Press, Malang (2008) H 61-66