KARYA
ILMIAH
Karya
Ilmiah ini DisusununtukMemenuhiSyaratMengikuti
Ujian
Nasional Tahun Pelajaran 2016/2017
JUDUL:
MENELUSURI
JEJAK PERJALANAN HIDUP PUNJER WALISONGO DITUBAN SYEKH IBROHIM ASMOROQONDI DAN
KAROMAH YANG DIMILIKI
Disusun Oleh: Miftakhul Munir
Kelas: XII A
YAYASANPONDOK
PESANTREN AL-ISHLAH
MADRASAH
ALIYAH
SUKADAMAI
KEC.NATAR KAB.LAMPUNG SELATAN
TAHUN
PELAJARAN 2016/2017
PENGESAHAN
Nama : MIFTAKHUL MUNIR
NISN :9992025946
Kelas : XII A
JudulkaryaIlmiah :Menelusuri Jejak Perjalanan
Hidup Punjer Walisongo : Dituban Syekh Ibrohim Asmorokondi dan
Karomah Yang :Dimiliki
Karyailmiahinitelahdisetujuidandisyahkanpada :
Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat : Gedung
MA Al Ishlah
Tim Pengesahan :
1. KetuaPelaksana : WasisAmininS.Pd.I (....................)
2. Pembimbing : Ky. M.
Abdul Adib, M.Pd.I (....................)
Mengetahui,
Kepala Madrasah
AliyahAl Ishlah
Ky. M. Abdul Adib, M.Pd.I
Motto
4ô`tB@ÏJtã$[sÎ=»|¹`ÏiB@2s÷rr&4Ós\Ré&uqèdurÖ`ÏB÷sãB¼çm¨ZtÍósãZn=sùZo4quymZpt6ÍhsÛ(óOßg¨YtÌôfuZs9urNèdtô_r&Ç`|¡ômr'Î/$tB(#qçR$2tbqè=yJ÷ètÇÒÐÈ
Artinya:
Barangsiapa
yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan
beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S
An-Nahl: 97)
Membatu orang lain, selagi kita mampu
(Miftakhul Munir)
PERSEMBAHAN
Karyailmiahinikupersembahkan kepada:
v Orangtuatercintayang
telahmembesarkandanmendidiksertamendo’akan demi keberhasilanputranya.
v Ky.
M.AbdulAdib, M.Pd.ISelakuPembimbingdan Kepala Madrasah Aliyah di
YayasanPondokPesantrenAl-IshlahSukadamaiNatarKabupaten Lampung Selatan, yang
telahmendidikdanmembimbing,
danmemberikansemangatdalammenyelesaikankaryatulisini. Serta untaian rasa
syukuratasbarokahdo’abeliau.
v Almamaterku,
Madrasah Aliyah Al-IshlahSukadamai.
v Dewan
Guru MA Al-Ishlah yang telahmendidikdanmemberikan. Semangatbelajar,
kritikandanmotivasi demi sebuahkesuksesan.
v Semuateman-temanku
di PondokPesantren Al-IshlahSukadamai yang telahmembantudanmemberikansemangat
demi terwujudnyaKaryatulisini.
Penyusun,
Miftakhul Munir
KATA
PENGANTAR
Denganmemanjatkansegalapujidansyukurkepadatuhan yang mahaEsa yang
telahmemberikantaufikdanhidayahsertainayah-Nyakepadapenulis,
sehinggapenulispadaakhirnyadapatmenyelesaikanmakalahsesuaidenganwaktu yang di
rencanakan.
Karya ilmiah yang
berjudul “menelusuri jejak
perjalanan hidup punjer Walisongo Dituban Syekh Ibrohim Asmoroqondi dan karomah
yang dimiliki” ini,
disusununtukmemenuhipersyaratanmengikutiUjianNasional TP.2016/2017.Penulismenyadari, bahwakarya ilmiah inimasihjauhdarikesempurnaan,
halinidisebabkankarenaketerbatasankemampuandanpengetahuan yang penulismiliki.
Olehkarenaitu, setiap saran
dantegurandarisegenappembacaakanpenulisterimadengansepenuhhati, yang
semata-matauntukupayaperbaikan di waktu-waktu yang akandatang.
Namunwajarkiranya, kalaupenulisberharapagarmakalahinidapatbermanfaat,
khususbagipenulissendiridanpembacapadaumumnya.Selama proses penyusunankarya ilmiah ini,
penulistelahbanyaksekalimendapatbantuandariberbagaipihak,
makadalamkesempataninipenulisinginmenyampaikanucapanterimakasihkepadaBapak/Ibudewan
guru, yang telahmengajardanmembimbingpenulisdenganbaik.
TidaklupapenulisinginmengungkapkankebahagiaandansekaligusucapanTerimakasih yang
teramatdalamkepada orang tua, keluarga yang
senantiasaberdo’abagikelancaranpenulisdalammenyelesaikanpendidikan di MA Al-IshlahSukadamaiini.
Sekalilagipenulisberharap,
semogamakalahinidapatmemberikanmanfaatbagikitasemua, Amin.
Sukadamai, 20 Maret 2017
Penyusun,
Miftakhul Munir
DAFTAR
ISI
HalamanJudul..................................................................................................... i
HalamanPengesahan........................................................................................... ii
Motto.................................................................................................................. iii
Persembahan....................................................................................................... iv
Kata Pengantar.................................................................................................... v
Daftar Isi............................................................................................................. vi
A. LatarBelakangMasalah..........................................................................1
B.
RumusanPembahasan.............................................................................2
C.
TujuanKegiatan......................................................................................2
D.
ManfaatKegiatan....................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. PengertianZiarah.....................................................................................3
B. Sejarah Walisongo...................................................................................4
BAB III PEMBAHASAN
A.
Silsilah SyekhIbrahimAsmoroqondi.....................................................5
B.
Kedatangan SyekhIbrahimAsmoroqondi..............................................6
C.
Keadaan makam SyekhIbrahimAsmoroqondi......................................7
D. Sejarah Syekh Ibrahim Asmoroqondi.....................................................8
E.
Karomah Syekh
Ibrahim Asmoroqondi..................................................10
BAB IV PENUTUP
A.
Simpulan................................................................................................. 13
B.
Saran....................................................................................................... 13
DAFTARPUSTAKA.........................................................................................14
LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................15
aBAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Ibrahim
Asmoroqondi yang merupakan keturunan ke 9 nabi Muhammad SAW.Sebagai
penyebar agama Islam di tanah Jawa, nama wali songo mungkin sudah tak asing di
telinga masyarakat. Namun tahukah anda siapa ulama besar yang menjadi cikal
bakal keberadaan para wali tersebut. Dia adalah ayah Sunan Ampel, yaitu Syeh
Malana Ibrahim Asmoro Qondi yang merupakan keturunan ke 9 nabi Muhammad SAW.
Makam Syeh
Maulana Ibrahim Asmoroqondi terletak di Desa Gesikharjo,
Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban.Masjid dan makam Syeh Maulana Ibrahim Asmoro
Qondi hingga kini masih berdiri tegak dengan relief dan hiasan kaligrafi
berusia ratusan tahun.Sejumlah peninggalan bersejarah seperti petilasan,
gapura, dan cungkup makam masih kokoh berdiri sebagaimana aslinya.
Sementara
makam Syeh Maulana Ibrahim Asmoroqondi
terletak di sebelah barat masjid.Dari sekian banyak peninggalan, hanya bangunan
masjid Asmoro Qondhi yang sudah mengalami renovasi, namun tidak mengurangi
bentuk aslinya. Semacam jendela, pintu dan langit-langit masjid yang dipenuhi
lafadz arab berbentuk kaligrafi ukir kayu jati kuno. Konon, masjid ini
merupakan suatu tempat yang mustajabah.
Di samping
kiri masjid terdapat sebuah sumur yang airnya diyakini dapat menyembuhkan
berbagai macam penyakit.Selain sumur juga terdapat benda bersejarah seperti
bedug, mimbar dan umpak.
Benda-benda
kuno bernilai sejarah ini merupakan eninggalan asli Syeh Maulana Ibrahim
Asmoroqondi yang makamnya terletak di bagian barat masjid. Syeh Maulana Ibrahim
Asmoroqondi merupakan ayah Sunan Ampel salah satu anggota Majelis Wali
Songo.
Konsep
ajaran Syeh Maulana Ibrahim Asmoroqondi salah satunya dapat ditelisik di pintu
gerbang masjid.Di tempat itu terpampang tulisan, sabar, nerima, ngalah, loman,
akas dan temen, yang memiliki makna mendalam bagi kehidupan umat manusia di
muka bumi.
Menurut
Badrun, juru kunci makam, dalam catatan sejarah para ulama, salaf Syeh Maulana
Ibrahim Asmoroqondi merupakan wali tertua atau punjer para wali di tanah Jawa.
Beliau dikenal sebagai pelopor para wali di tanah Jawa. Dari silsilahnya
Syeh Maulana Ibrahim Asmoroqondi masih merupakan keturunan ke 9 nabi Muhammad
SAW, dari garis keturunan putri Sayyidah Fatimah dengan Sayidina Ali R.A.
B. Rumusan
Pembahasan
1. Bagaimana silsilah Syekh Ibrahim Asmoroqondi?
2.
Bagaimana kedatangan Syekh Ibrahim Asmoroqondi?
3.
Bagaimana keadaan makam SyekhIbrahimAsmoroqondi?
4.
Bagaimana sejarah Syekh
Ibrahim Asmoroqondi?
5.
Bagaimana karomah Syekh Ibrahim Asmoroqondi?
C. Tujuan
Kegiatan
1. Memahami bagaimana silsilah Syekh Ibrahim Asmoroqondi.
2. Memahamibagaimanakedatangan
Syekh Ibrahim Asmoroqondi.
3. Memahamikeadaan makam SyekhIbrahimAsmoroqondi
4. Memahamisejarah Syekh Ibrahim Asmoroqondi.
5. Memahami
karomah Syekh Ibrahim Asmoroqondi.
D. Manfaat Kegiatan
Sebagai bahan bacaan dan referensi
bagi penulis dan pembaca baik murid, pendidik dan masyarakat untuk mengetahui
sejarah perkembangan Islam di Pulau Jawa memalui para wali songo khususnya Syekh
Ibrahim Asmoroqondi.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A.
Pengertian Ziarah
Ziarah adalah salah satu praktik sebagian besar
umat beragama yang memiliki makna moral yang penting.Kadang-kadang ziarah dilakukan
ke suatu tempat yang suci dan penting bagikeyakinan dan iman yang bersangkutan.Tujuannya adalah untuk
mengingat kembali, meneguhkan iman atau menyucikan diri.Orang yang melakukan perjalanan ini
disebut peziarah.[1]
Ziarah kubur adalah mengunjungi
makam keluarga, kerabat, ataupun makam para ulama yang telah berjasa bagi
perkembangan agama Islam.Ada yang melaksanakannya setiap hari jumat, adapula
menjelang hari Raya Idul Fitri, dan ada juga pada bulan-bulan tertentu saat
perayaan hari besar. Hukum ziarah kubur adalah sunnah, artinya, barang siapa
yang melakukannya akan mendapat pahala bagi yang meninggalkannya pun tidak
berdosa.
Sabda
Rasulullah SAW :
“Dulu aku pernah melarang kalian berziarah kubur,
sekarang berziarahlah kalian ke kuburan, karena itu akan mengingatkan kalian
pada akhirat.” (HR.Muslim)
Menurut
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul wahab ziarah kubur ada 3 macam. Yaitu,
1. Ziarah yang syar’i. Dan ini yang di
syariatkan dalam Isam. Ada tiga syarat yang harus dipenuhi.
a. Tidak melakukan safar dalam rangka
ziarah. Seperti sabda Rasulullah SAW. “ Janganlah kalian bepergian jauh
melakukan safar kecuali ke tiga masjid. Masjidku ini, Masjidil Haram dan
Masjidil Aqsha.” (HR. Bukhari dan Muslim)
b. Tidak mengucapkan ucapan batil.
c. Tidak mengkhususkan waktu tertentu,
karena tidak ada dalilnya.
2. Ziarah Bid’ah. Ialah ziarah yang
tidak memenuhi salah satu syarat diatas atau lebih.
3. Ziarah Syirik. Pelaku ziarah ini
mengsekutukan Allah, dengan berdo’a meminta rizki pada makam si mayit yang di
kunjungi, meminta keberkahan dan kesehatan pada si mayit dan berlebihan dalam
memperlakukan makam si mayit.[2]
B.
Sejarah Walisongo
Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisong.Pertama adalah wali yang
sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga dalam bahasa Jawa.
Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari
kata tsana yang dalam bahasa Arab
berarti mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari bahasa Jawa,
yang berarti tempat.
Walisongo atau WaliSonga dikenal sebagai penyebar agama
Islam di tanah Jawa pada abad ke-17.Mereka tinggal di tiga wilayah penting
pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur,
Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya
dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan
Islam.Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa.
Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat
besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap
kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para
Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain
Wali Songo terdiri dari sembilan
wali; Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan
Kudus, Sunan Drajat, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati, dan Sunan Kali Jaga.
Perkataan wali sendiri berasal dari
bahasa Arab.Wala atau waliya yang berarti qaraba yaitu dekat, yang berperan
melanjutkan misi kenabian (Nasution, 1992; Saksono, 1995.Dalam Al-Qur’an
istilah ini dipakai dengan pengertian kerabat, teman atau pelindung. Al-Qur’an
menjelaskan:“Allah pelindung (waliyu) orang-orang yang beriman; Dia
mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan
orang-orang kafir, pelidung-pelindung (auliya) mereka ialah syetan, yang
mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran).Mereka itu adalah
penghuni neraka; mereka kekal didalamnya.”(QS. Al-Baqarah: 257).
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Silsilah Syekh
Ibrahim Asmoroqondi
Syekh Ibrahim
Asmoroqondi atau Syekh Ibrahim as-Samarqandi yang dikenal sebagai ayahanda
Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel), makamnya terletak di Desa Gesikharjo,
Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban. Syekh Ibrahim Asmoroqondi diperkirakan lahir di Samarkand,
Asia Tengah, pada paruh kedua abad ke-14.Babad Tanah Jawi menyebut namanya
dengan sebutan Makdum Ibrahim Asmoro atau Maulana Ibrahim Asmoro.Sebutan itu
mengikuti pengucapan lidah Jawa dalam melafalkan as-Samarqandi, yang kemudian
berubah menjadi Asmoroqondi. Menurut Babad Cerbon, Syekh Ibrahim Asmoroqondi
adalah putera Syekh Karnen dan berasal dari negeri Tulen. Jika sumber data
Babad Cerbon ini otentik, berarti Syekh Ibrahim as-Samarqandi bukan penduduk
asli Samarkand, melainkan seorang migran yang orang tuanya pindah ke Samarkand,
karena negeri Tulen yang dimaksud menunjuk pada nama wilayah Tyulen, kepulauan
kecil yang terletak di tepi timur Laut Kaspia yang masuk wilayah Kazakhstan,
tepatnya dia arah barat Laut Samarkand.
Dalam sejumlah kajian historiografi
Jawa, tokoh Syekh Ibrahim Asmoroqondi acapkali disamakan dengan Syekh Maulana
Malik Ibrahim sehingga menimbulkan kerumitan dalam menelaah kisah hidup dan
asal-usul beserta silsilah keluarganya, yang sering berujung pada penafian
keberadaan Syekh Ibrahim Asmoroqondi sebagai tokoh sejarah. Padahal, situs
makam dan gapura serta mihrab masjid yang berada dalam lindungan dinas
purbakala menunjuk lokasi dan era yang beda dengan situs makam Maulana Malik
Ibrahim.
Menurut Babad Ngampeldenta, Syekh
Ibrahim Asmoroqondi yang dikenal dengan sebutan Syekh Molana adalah penyebar
Islam di negeri Champa, tepatnya di Gunung Sukasari.Syekh Ibrahim Asmoroqondi
dikisahkan berhasil mengislamkan Raja Champa dan diambil menantu.Dari isteri
puteri Raja Champa tersebut, Syekh Ibrahim Asmoroqondi memiliki putera bernama
Raden Rahmat. Di dalam Babad Risakipun Majapahit dan Serat Walisana Babadipun
Parawali, Syekh Ibrahim Asmoroqondi dikisahkan datang ke Champa untuk berdakwah
dan berhasil mengislamkan raja serta menikahi puteri raja tersebut. Syekh
Ibrahim Asmoroqondi juga dikisahkan merupakan ayah dari Raden Rahmat (Sunan
Ampel).
B.
Kedatangan Syekh
Ibrahim Asmoroqondi
Di dalam naskah Nagarakretabhumi,
Syekh Ibrahim Asmoroqondi disebut dengan nama Molana Ibrahim Akbar yang
bergelar Syekh Jatiswara. Seperti dalam sumber historiografi lain, dalam naskah
Nagarakretabhumi, tokoh Molana Ibrahim Akbar disebut sebagai ayah dari Ali
Musada (Ali Murtadho) dan Ali Rahmatullah, dua bersaudara yang kelak dikenal
dengan sebutan Raja Pandhita dan Sunan Ampel.
Babad Tanah Jawi, Babad Risakipun
Majapahit, dan Babad Cerbon menuturkan bahwa sewaktu Ibrahim Asmoro datang ke
Champa, Raja Champa belum memeluk Islam. Ibrahim Asmoro tinggal di Gunung
Sukasari dan menyebarkan agama Islam kepada penduduk Champa.Raja Champa murka
dan memerintahkan untuk membunuh Ibrahim Asmoro beserta semua orang yang sudah
memeluk agama Islam. Namun, usaha raja itu gagal, karena ia keburu meninggal
sebelum berhasil menumpas Ibrahim Asmoro dan orang-orang Champa yang memeluk
agama Islam. Bahkan, Ibrahim Asmoro kemudian menikahi Dewi Candrawulan, puteri
Raja Champa tersebut. Dari pernikahan itulah lahir Ali Murtolo (Ali Murtadho)
dan Ali Rahmatullah yang kelak menjadi Raja Pandhita dan Sunan Ampel Babad
Tanah Jawi, Babad Risakipun Majapahit, dan Babad Cerbon menuturkan bahwa
sewaktu Ibrahim Asmoro datang ke Champa, Raja Champa belum memeluk Islam.
Ibrahim Asmoro tinggal di Gunung Sukasari dan menyebarkan agama Islam kepada
penduduk Champa.Raja Champa murka dan memerintahkan untuk membunuh Ibrahim
Asmara beserta semua orang yang sudah memeluk agama Islam. Namun, usaha raja
itu gagal, karena ia keburu meninggal sebelum berhasil menumpas Ibrahim Asmoro
dan orang-orang Champa yang memeluk agama Islam. Bahkan, Ibrahim Asmoro
kemudian menikahi Dewi Candrawulan, puteri Raja Champa tersebut.Dari pernikahan
itulah lahir Ali Murtolo (Ali Murtadho) dan Ali Rahmatullah yang kelak menjadi
Raja Pandhita dan Sunan Ampel.
Menurut urutan kronologi waktu,
Syekh Ibrahim Asmoroqondi diperkirakan datang ke Jawa pada sekitar tahun 1362
Saka/1440 Masehi, bersama dua orang putera dan seorang kemenakannya serta
sejumlah kerabat, dengan tujuan menghadap Raja Majapahit yang menikahi adik
istrinya, yaitu Dewi Darawati. Sebelum ke Jawa, rombongan Syekh Ibrahim
Asmoroqondi singgah dulu ke Palembang untuk memperkenalkan agama Islam kepada
Adipati Palembang, Arya Damar.Setelah berhasil mengislamkan AdipatiPalembang,
Arya Damar (yang namanya diganti menjadi Ario Abdullah) dan keluarganya.Syekh
Ibrahim Asmoroqondi beserta putera dan kemenakannya melanjutkan perjalanan ke
Pulau Jawa. Rombongan mendarat di sebelah timur bandar Tuban, yang disebut
Gesik (sekarang Desa Gesikharjo, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban).
Pendaratan Syekh Ibrahim Asmoroqondi
di Gesik dewasa itu dapat dipahami sebagai suatu sikap kehati-hatian seorang
penyebar dakwah Islam.Mengingat Bandar Tuban saat itu adalah bandar pelabuhan
utama Majapahit.Itu sebabnya Syekh Ibrahim Asmoroqondi beserta rombongan tinggal
agak jauh di sebelah timur pelabuhan Tuban, yaitu di Gesik untuk berdakwah
menyebarkan kebenaran Islam kepada penduduk sekitar. Sebuah kitab tulisan
tangan yang dikenal di kalangan pesantren dengan namaUsui Nem Bis, yaitu
sejilid kitab berisi enam kitab dengan enam bismillahirrahmanirrahim, ditulis
atas nama Syekh Ibrahim Asmoroqondi. Itu berarti, sambil berdakwah menyiarkan
agama Islam, Syekh Ibrahim Asmoroqondi juga menyusun sebuah kitab.
Menurut cerita tutur yang berkembang
di masyarakat, Syekh Ibrahim Asmoroqondi dikisahkan tidak lama berdakwah di
Gesik.Sebelum tujuannya ke ibukota Majapahit terwujud, Syekh Ibrahim
Asmoroqondi dikabarkan meninggal dunia.Beliau dimakamkan di Gesik tak jauh dari
pantai.Karena dianggap penyebar Islam pertama di Gesik dan juga ayah dari tokoh
Sunan Ampel, makam Syekh Ibrahim Asmoroqondi dikeramatkan masyarakat dan
dikenal dengan sebutan makam Sunan Gagesik atau Sunan Gesik. Dikisahkan bahwa
sepeninggal Syekh Ibrahim Asmoroqondi, putera-puteranya Ali Murtadho dan Ali Rahmatullah
beserta kemenakannya, Raden Burereh (Abu Hurairah) beserta beberapa kerabat
asal Champa lainnya, melanjutkan perjalanan ke ibukota Majapahit untuk menemui
bibi mereka Dewi Darawati yang menikah dengan Raja Majapahit. Perjalanan ke
ibukota Majapahit dilakukan dengan mengikuti jalan darat dari Pelabuhan Tuban
ke Kutaraja Majapahit.
C.
Keadaan Makam Syekh
Ibrahim Asmoroqondi
Masuk ke
dalam lokasi pemakaman, terdapat banyak makam di sana. Sebagian adalah makam
keluarga dan sahabat Maulana Ibrahim.“Ada istri dan sahabat tapi kalau
melihat nisannya lancip itu sahabat, kalau perempuan nisannya kan lurus,â€
terang Agus, sang penjaga makam.
Namun, dari
banyak makam yang ada di sana, tentu makam Maulana Ibrahim Asmoro Qondi yang
paling berbeda. Selain karena bangunan cungkupnya yang besar, juga tak pernah
sepi dari peziarah yang kebanyakan duduk di dekat areal makam.Para peziarah
yang datang berasal dari berbagai daerah.
Setiap hari
ramai peziarah, tapi biasanya yang paling ramai malam Jumat Wage,ungkap Agus. Di
dalam kompleks makam Maulana Ibrahim juga terdapat sebuah masjid, yang terletak
di sebelah timur makam.Saat kami masuk ke dalamnya, terdapat empat soko besar
yang menjadi penopang kuat bangunan masjid.Yang, unik di dalam masjid juga
terdapat banyak burung yang terbang dengan bebas.
Menurut Ali Usman, salah satu juru makam yang lain, masjid yang ada di
kompleks makam tersebut dibangun sebelum makam. “Karena masjid ini yang
mendirikan Maulana Ibrahim, sedangkan makam mulai ada sejak Maulana Ibrahim
meninggal,†terang Bapak yang mengaku sudah 20 tahun menjadi juru makam.
D.
Sejarah Syekh
Ibrahim Asmoroqondi
Maulana
Ibrahim Samarqandi atau yang lebih dikenal dengan sebutan Asmoro Qondi ini
merupakan salah satu ulama penyebar Islam pada masa generasi awal.Samarkand
adalah daerah di Asia Tengah.Maulana Ibrahim datang diperkirakan pada abad ke
14 M.
Ulama lain yang datang ke Timur pada tahun 1400-an adalah : Syeikh Ahmad
Jumadil Kubro (wafat di Mojokerto jawa Timur), Syeikh Muhammad Al Maghribi dari
Maroko (wafat di Klaten Jawa Tengah), Syeikh Malik Israil (wafat di Cilegon),
Syeikh Hasanuddin dan Aliyuddin (wafat di Banten), Syeikh Subakir dari Persia
dan Syeikh Maulana Malik Ibrahim (dimakamkan di Gresik).
Menurut keterangan pada papan silsilah, susunan Sayid Muhahmmad Alaidrus,
yang dipajang di dekat makam, tertulis bahwa Ibrahim Asmoro Qondi adalah putra
dari Sayyid Jamaludin Al Chusain atau Sayyid Jumadil Kubro (Leluhur Walisongo)
bin Ahmad Jalaludin yang nasabnya ke atas sampai ke Nabi Muhammad saw. Dia menjadi
penyebar Islam di daerah Tuban dan sekitarnya bersama dengan adiknya, Sayyid
Abdullah Asyari atau Sunan
Bejagung.
E. Karomah Syekh
Ibrahim Asmoroqondi
Syekh
Ibrahim Asmaraqandi atau
Syekh Ibrahim as-Samarkandy atau Syekh Ibrahim al-Hadhrami bernama lahir Sayyid
Ibrahim al-Ghozi, diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal
abad 14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti
pengucapan lidah orang Jawa terhadap as-Samarkandy, hingga akhirnya berubah
menjadi Asmarakandi. Selain itu di kalangan masyarakat Jawa, beliau juga
dikenal dengan nama Raja Pandhita, Sayyid Haji Mustakim, Makdum Brahim Asmara,
Maulana Ibrahim Asmara atau Imam dari Asmara. Menurut versi Arab, Syekh Ibrahim
Asmarakandi adalah seorang ulama besar dari Samarkand, daerah sekitar Bukhara
di Uzbekistan kini.Sebuah daerah yang sejak dahulu dikenal sebagai daerah
berpenduduk Islam yang taat dan juga para ulamanya yang juga termasyhur. Pada
saat yang hampir bersamaan dengan dikirimnya Syamsuddin al-Wali ke Turki,
seorang ulama lain dari Bukhara bernama Syekh Jamaluddin Akbar al-Husain
mengirimkan anaknya Sayyid Ibrahim al-Ghozi untuk berdakwah ke wilayah timur.
Dengan berpandukan kepada ilham yang diterima oleh ayahnya, Sayyid Ibrahim
al-Ghozi pergi menuju ke Asia Tenggara.Beliau menjumpai ternyata penduduk timur
(Asia Tenggara) masih menganut agama selain Islam. Beliau sadar bahwa bukan di
zamannya lah Islam akan gemilang dan bangkit di timur seperti yang dimaksudkan
dalam hadist Nabi, dan peran beliau hanyalah sebatas meng-Islamkan wilayah
timur. Mula-mula beliau tiba dan kemudian bermukim di Campa (sekarang Kamboja)
selama tiga belas tahun sejak tahun 1379. Di sana , beliau berdakwah kepada
masyarakat dan juga Raja Campa hingga kemudian bersedia masuk Islam. Beliau
bahkan kemudian menikahi Dewi Candha Wulan, putri Raja Campa tersebut, hingga
kemudian menghasilkan dua orang anak, yaitu Raden Ahmad Ali Murtadho (Raden
Santri) dan Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel).
Merasa
cukup menjalankan misi dakwah di negeri itu, pada tahun 1392 M, Sayyid Ibrahim
al-Ghozi yang kemudian bergelar Syekh, hijrah ke Pulau Jawa bersama
keluarganya. Sebelum ke Jawa, pada tahun 1440, mereka singgah dulu di Palembang
untuk memperkenalkan agama Islam kepada Adipati Palembang waktu itu, Arya
Damar. Setelah tiga tahun di Palembang dan berhasil meng-Islamkan Adipati Arya
Damar (yang kemudian berganti nama menjadi Abdullah) dan keluarganya, barulah
kemudian mereka melanjutkan perjalanannya ke Pulau Jawa. Rombongan mendarat di
kota bandar Tuban, tempat mereka berdakwah beberapa lama, sampai akhirnya Syekh
Ibrahim al-Ghozi yang kemudian dikenal sebagai Syekh Ibrahim Asmarakandi jatuh
sakit dan wafat. Beliau kemudian dimakamkan di Desa Gesikharjo, Palang, Tuban,
Jawa Timur pada sekitar tahun 1444 M. Oleh karena itu, beliau juga kemudian
dikenal sebagai Sunan Nggesik. Sisa rombongan, yang terdiri dari Raden Rahmat,
Raden Santri, Raden Burereh serta beberapa kerabat lainnya, kemudian
melanjutkan perjalanannya ke Trowulan, ibukota Majapahit, untuk menemui bibi
mereka Dewi Andarawati yang telah menikah dengan Raja Majapahit pada waktu itu,
Prabu Brawijaya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Syekh Ibrahim
Asmoroqondi atau Syekh Ibrahim as-Samarqandi yang dikenal sebagai ayahanda
Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel), makamnya terletak di Desa Gesikharjo,
Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban. Syekh Ibrahim Asmoroqondi diperkirakan lahir di Samarkand,
Asia Tengah, pada paruh kedua abad ke-14.
Menurut urutan kronologi waktu,
Syekh Ibrahim Asmoroqondi diperkirakan datang ke Jawa pada sekitar tahun 1362
Saka/1440 Masehi, bersama dua orang putera dan seorang kemenakannya serta
sejumlah kerabat, dengan tujuan menghadap Raja Majapahit yang menikahi adik
istrinya, yaitu Dewi Darawati. Sebelum ke Jawa, rombongan Syekh Ibrahim
Asmoroqondi singgah dulu ke Palembang untuk memperkenalkan agama Islam kepada
Adipati Palembang, Arya Damar.Setelah berhasilmengislamkan AdipatiPalembang, Arya Damar
(yang namanya diganti menjadi Ario Abdullah) dan keluarganya.Syekh Ibrahim
Asmoroqondi beserta putera dan kemenakannya melanjutkan perjalanan ke Pulau
Jawa. Rombongan mendarat di sebelah timur bandar Tuban, yang disebut Gesik
(sekarang Desa Gesikharjo, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban).
B. Saran
Dari uraian materi diatas yang kami buat, penulis menyadari
bahwa didalamnya terdapat banyak kesalahan ataupun kekeliruan didalam kami
menyusunnya, untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi untuk
kebaikan kita bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin, Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1999
Greg, Barton, Biografi Gus Dur, Yogyakarta:
LKiS, 2003
http://www.kompas.com.sejarah
gus dur/2015/06/06/09:30
Santoso, Listiyono, Teologi Politik K.H.
Abdurrahman Wahid, Yogyakarta : Ar-Ruzz, 1999
Sumartana, Pluralisme, Konflik dan Pendidikan Agama
di Indonesia, Yogyakarta: Interfidie, 2001
Umaruddin, Masdar, Membaca Pikiran Gus Dur dan Amin
Rais tentang Demokrasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998
Wahid, Abdurrhman, Mengurai Hubungan Agama Dan
Negara,Jakarta : PT. Grasindo, 1999
Zainal, Thoha, Kenyelenehan Gus Dur Gugatan Kaum
Muda NU dan TantanganKebudayaan, Yogyakarta: Gama Media, 2001
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1.
Lampiran
Gambar
2.
Foto
dokumentasi
DAFTAR RIWAYAT
HIDUP
Miftakhul munir dilahirkan ditulung
mas pada tanggal 05 juni 2000, saya menempuh pendidikan dasar di SD N1 Ditulung
Mas, yang lulus pada tahun 2011, kemudian saya lanjut kejenjang pendidikan
sekolah lanjut di MTs Al-Ishlah, Sukadamai, Natar, Lampung Selatan yang lulus
pada tahun 2014, setelah itu saya lanjut di sekolah menengah atas MA Al-Ishlah Sukadamai,
Natar, Lampung Selatan sekarang ini.
Saya anak pertama dari 2 bersaudara,
ayah saya bernama Muhasyim, dan ibu saya yang bernamaHaniatum Masruroh. sekarang saya tinggal disukadamai tepatnya
Dipondok Pesantren Al-Ishlah sejak tahun 2011, disini saya menimba ilmu
pendidikan agama, selain dipendidikan formal juga di pondok pesantren
Pengalaman saya, pernah
menjadi peserta pramuka di Ma’arif Sekampung, selain itu juga saya mengikuti
pencak silat Pagar Nusa. Suka dan duka saya rasakan disini karena saya dapat
merasakan segala manis dan pahit bersama teman-teman semua.
[1]
https://id.wikipedia.org/wiki/Ziarah
[2]
http://www.solusiislam.com/2013/04/cara-ziarah-kubur-yang-benar-dan-syari.html
maturnuwun infonya
BalasHapus