KARYA ILMIAH
Karya
Ilmiahini DisusununtukMemenuhiSyaratMengikuti
Ujian
Nasional Tahun Pelajaran 2016/2017
JUDUL:
MENGENAL BIOGRAFI DAN SEJARAH SUNAN KALIJAGA
DALAM BERDAKWAH DIPULAU JAWA
Disusun Oleh: Arjun Wiyanto
Kelas: XII B
YAYASANPONDOK
PESANTREN AL-ISHLAH
MADRASAH
ALIYAH
SUKADAMAI
KEC.NATAR KAB.LAMPUNG SELATAN
TAHUN
PELAJARAN 2016/2017
PENGESAHAN
Nama : ARJUN WIYANTO
NISN :99938263664
Kelas :XII B
JudulkaryaIlmiah : Mengenal Biografi Dan Sejarah Sunan Kalijaga dalam : Berdakwah Dipulau Jawa.
Karyailmiah
initelahdisetujuidandisyahkanpada :
Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat : Gedung
MA Al Ishlah
Tim Pengesahan :
1. KetuaPelaksana : WasisAmininS.Pd.I (....................)
2. Pembimbing : Ky. M.
Abdul Adib, M.Pd.I (....................)
Mengetahui,
Kepala Madrasah
AliyahAl Ishlah
Ky. M. Abdul Adib, M.Pd.I
Motto
*}§ø©9§É9ø9$#br&(#q9uqè?öNä3ydqã_ãr@t6Ï%É-Îô³yJø9$#É>ÌøóyJø9$#ur£`Å3»s9ur§É9ø9$#ô`tBz`tB#uä«!$$Î/ÏQöquø9$#urÌÅzFy$#Ïpx6Í´¯»n=yJø9$#urÉ=»tGÅ3ø9$#urz`¿ÍhÎ;¨Z9$#urtA#uäurtA$yJø9$#4n?tã¾ÏmÎm6ãmÍrs4n1öà)ø9$#4yJ»tGuø9$#urtûüÅ3»|¡yJø9$#urtûøó$#urÈ@Î6¡¡9$#tû,Î#ͬ!$¡¡9$#urÎûurÅU$s%Ìh9$#uQ$s%r&urno4qn=¢Á9$#tA#uäurno4q2¨9$#cqèùqßJø9$#uröNÏdÏôgyèÎ/#sÎ)(#rßyg»tã(tûïÎÉ9»¢Á9$#urÎûÏä!$yù't7ø9$#Ïä!#§Ø9$#urtûüÏnurĨù't7ø9$#3y7Í´¯»s9'ré&tûïÏ%©!$#(#qè%y|¹(y7Í´¯»s9'ré&urãNèdtbqà)GßJø9$#ÇÊÐÐÈ
Artinya:
Bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan)
hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang
menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang
benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa. (Q.S
Al-Baqarah/2:177)
Barang
siapa bersungguh-sungguh pasti akan berhasil.
(Arjun Wiyanto)
PERSEMBAHAN
Karyailmiahinikupersembahkankepada:
v Orangtuatercinta
yang telahmembesarkandanmendidiksertamendo’akan demi keberhasilanputranya.
v Ky.
M.AbdulAdib, M.Pd.ISelakuPembimbingdan Kepala Madrasah Aliyah di
YayasanPondokPesantrenAl-IshlahSukadamaiNatarKabupaten Lampung Selatan, yang
telahmendidikdanmembimbing, danmemberikansemangatdalammenyelesaikankarya ilmiah ini. Serta untaian rasa
syukuratasbarokahdo’abeliau.
v Almamaterku,
Madrasah Aliyah Al-IshlahSukadamai.
v Dewan
Guru MA Al-Ishlah yang telahmendidikdanmemberikan. Semangatbelajar,
kritikandanmotivasi demi sebuahkesuksesan.
v Semuateman-temanku
di PondokPesantren Al-IshlahSukadamai yang telahmembantudanmemberikansemangat
demi terwujudnyakarya ilmiah ini.
Penyusun,
Arjun Wiyanto
KATA PENGANTAR
Denganmemanjatkansegalapujidansyukurkepadatuhan yang mahaEsa yang
telahmemberikantaufikdanhidayahsertainayah-Nyakepadapenulis,
sehinggapenulispadaakhirnyadapatmenyelesaikanmakalahsesuaidenganwaktu yang di
rencanakan.
Karya ilmiah yang
berjudul “mengenal biografi
dan sejarah sunan kalijaga dalam berdakwah dipulau Jawa” ini,
disusununtukmemenuhipersyaratanmengikutiUjianNasional TP.2016/2017.Penulismenyadari, bahwakaryailmiah inimasihjauhdarikesempurnaan,
halinidisebabkankarenaketerbatasankemampuandanpengetahuan yang penulismiliki.
Olehkarenaitu, setiap saran
dantegurandarisegenappembacaakanpenulisterimadengansepenuhhati, yang
semata-matauntukupayaperbaikan di waktu-waktu yang akandatang.
Namunwajarkiranya, kalaupenulisberharapagarmakalahinidapatbermanfaat,
khususbagipenulissendiridanpembacapadaumumnya.Selama proses penyusunankarya ilmiah ini,
penulistelahbanyaksekalimendapatbantuandariberbagaipihak,
makadalamkesempataninipenulisinginmenyampaikanucapanterimakasihkepadaBapak/Ibudewan
guru, yang telahmengajardanmembimbingpenulisdenganbaik.
TidaklupapenulisinginmengungkapkankebahagiaandansekaligusucapanTerimakasih yang
teramatdalamkepada orang tua, keluarga yang
senantiasaberdo’abagikelancaranpenulisdalammenyelesaikanpendidikan di MA Al-IshlahSukadamaiini.
Sekalilagipenulisberharap,
semogamakalahinidapatmemberikanmanfaatbagikitasemua, Amin.
Sukadamai,20 Maret 2017
Penyusun,
Arjun Wiyanto
DAFTAR
ISI
HalamanJudul.................................................................................................... . i
HalamanPengesahan........................................................................................... ii
Motto.................................................................................................................. iii
Persembahan....................................................................................................... iv
Kata Pengantar.................................................................................................... v
Daftar Isi............................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUN
A. LatarBelakangMasalah.........................................................................1
B.
RumusanPembahasan.............................................................................. 2
C.
TujuanKegiatan....................................................................................... 2
D.
ManfaatKegiatan.................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. PengertianZiarah....................................................................................3
B. Sejarah Walisongo..................................................................................4
BAB III PEMBAHASAN
A. BiografiSunanKalijaga......................................................................... 6
B. Sejarah SunanKalijaga......................................................................... 9
C.
Akhir Hayat SunanKalijaga................................................................. 15
BAB IV PENUTP
A.
Kesimpulan............................................................................................. 17
B.
Saran....................................................................................................... 17
DAFTARPUSTAKA......................................................................................... 18
LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................19
aBAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Sunan
Kalijaga adalah salah satu tokoh kharismatik Masyarakat Jawa pada umumnya.
Sunan Kalijaga dianggap sebagai tokoh sakral dikalangan Masyarakat Jawa,
khususnya Jawa Tengah, dan diyakini telah mempunyai kesaktian yang luar biasa,
hal ini dapat dibuktikan dengan adanya cerita rakyat yang turun-temurun
ditengah Masyarakat Jawa yang terkadang menggambarkan Sunan Kalijaga sebagai
tokoh yang sangat sakti dan tidak dapat dipidahkan dengan peristiwa-peristiwa
yang terkadang tidak masuk akal. Sebagai contohnya adalah saat sunan kalijaga
menyeberangi sungai, dikatakan beliau dapat berjalan diatas air tanpa membasahi
kakinya. Selain itu masih banyak lagi mitos Masyarakat Jawa yang berkembang
secara turun-temurun tentang sepak terjang sunan Kalijaga dalam penyebaran
islam.
Namun dalam
Pembahasan ini tidak akan mengkaji tentang kesaktian ataupun legenda yang
berkembang tentang sunan kalijaga, kisah-kisah Kalijaga yang melegenda telah
menandakan betapa tingginya kedudukannya ditengah masyarakat Jawa. Sunan
kalijaga dan beberapa tokoh sunan yang lainya merupakan penasehat raja pada
zaman Kasultanan Demak.Sehingga besar kemungkinan mitos tersebut berkaitan
dengan karya-karya para pujangga kerajaan Demak pada kala itu.Memang tidak
diragukan lagi, setiap karya para pujangga kerajaan Di Jawa yang berkaitan
dengan kisah-kisah para raja ataupun para tokoh pejabat kerajaan lainya selalu
digambarkan dengan kesaktian.Hal ini bertujuan agar rakyat mau tunduk dan patuh
terhadap raja, keluarga raja, dan punggawa-punggawa kerajaan lainya.
Di sisi lain
Sunan Kalijaga adalah orang yang cerdas. Beliau mampu menyebarkan agama islam
dengan caranya sendiri, dan keunikan cara penyebaran agama islam oleh Sunan
Kalijaga ini yang membedakan beliau dengan sunan-sunan yang lainya. Dalam
penyebaran islamnya di Pulau Jawa Sunan Kalijaga mampu berbaur dan larut di
tengah-tengah masyarakat, dengan seperti itu islam lebih mudah berkembang dan
masyarakat lebih mudah dalam mengenal dan mempelajari tentang ajaran islam.
Hal ini
dapat dibuktikan dengan Masyarakat Jawa pada umumnya lebih mengenal Sunan
Kalijaga dibandingkan dengan sunan-sunan yang lainya. Maka dari itu kita perlu
membahas dan mengkaji lebih dalam tentang sepak terjang dan cara-cara yang
digunakan Sunan Kalijaga dalam penyebaran agama islam di Pulau Jawa yang pada
kala itu mayoritas masyarakatnya menganut Agama Hindu dan Budha.
B. Rumusan
Pembahasan
1.
Bagaimana biografi Sunan Kalijaga?
2.
Bagaimanasejarah Sunan Kalijaga?
3.
Bagaimana akhir hayat Sunan Kalijaga?
C. Tujuan
Kegiatan
1.
Memahamibagaimana
biografi Sunan Kalijaga.
2. Memahamibagaimanasejarah
Sunan
Kalijaga
3.
Memahamibagaimana akhir hayat Sunan Kalijaga.
D. Manfaat
Kegiatan
Sebagai bahan bacaan dan referensi
bagi penulis dan pembaca baik murid, pendidik dan masyarakat untuk mengetahui
sejarah perkembangan Islam di Pulau Jawa memalui para wali songo khususnyasunan kalijaga.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A.
Pengertian Ziarah
Ziarah adalah salah satu praktik sebagian besar
umat beragama yang memiliki makna moral yang penting.Kadang-kadang ziarah dilakukan
ke suatu tempat yang suci dan penting bagikeyakinan dan iman yang bersangkutan.Tujuannya adalah untuk
mengingat kembali, meneguhkan iman atau menyucikan diri.Orang yang melakukan perjalanan ini
disebut peziarah.[1]
Ziarah kubur
adalah mengunjungi makam keluarga, kerabat, ataupun makam para ulama yang telah
berjasa bagi perkembangan agama Islam.Ada yang melaksanakannya setiap hari
jumat, adapula menjelang hari Raya Idul Fitri, dan ada juga pada bulan-bulan
tertentu saat perayaan hari besar. Hukum ziarah kubur adalah sunnah, artinya, barang siapa yang
melakukannya akan mendapat pahala bagi yang meninggalkannya pun tidak berdosa.
Sabda
Rasulullah SAW :
“Dulu aku
pernah melarang kalian berziarah kubur, sekarang berziarahlah kalian ke
kuburan, karena itu akan mengingatkan kalian pada akhirat.” (HR.Muslim)
Menurut Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul wahab ziarah kubur ada
3 macam. Yaitu,
1. Ziarah yang syar’i. Dan ini yang di
syariatkan dalam Isam. Ada tiga syarat yang harus dipenuhi.
a. Tidak melakukan safar dalam rangka
ziarah. Seperti sabda Rasulullah SAW. “ Janganlah kalian bepergian jauh
melakukan safar kecuali ke tiga masjid. Masjidku ini, Masjidil Haram dan
Masjidil Aqsha.” (HR. Bukhari dan Muslim)
b. Tidak mengucapkan ucapan batil.
c. Tidak mengkhususkan waktu tertentu,
karena tidak ada dalilnya.
2. Ziarah Bid’ahIalah ziarah yang tidak
memenuhi salah satu syarat diatas atau lebih.
3. Ziarah Syirik Pelaku ziarah ini
mengsekutukan Allah, dengan berdo’a meminta rizki pada makam si mayit yang di
kunjungi, meminta keberkahan dan kesehatan pada si mayit dan berlebihan dalam
memperlakukan makam si mayit.[2]
B.
Sejarah Walisongo
Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo.Pertama adalah wali yang
sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga dalam bahasa Jawa.
Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari
kata tsana yang dalam bahasa Arab
berarti mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari bahasa Jawa, yang
berarti tempat.
Walisongo atau
WaliSongao dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa
pada abad ke-17.Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa,
yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah,
dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo
adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk
digantikan dengan kebudayaan Islam.Mereka adalah simbol penyebaran Islam di
Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun
peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga
pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara
langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
Dalam sejarah masuknya Islam ke
Nusantara, Wali Songo adalah perintis dakwah Islam di Indonesia, khususnya di
Jawa, yang dipelopori Syeikh Maulana Malik Ibrahim (Syis, 1984; Sunyoto, 1991;
Drewes, 2002). Wali Songo adalah pelopor dan pemimpin dakwah Islam yang
berhasil merekrut murid-murid untuk menjalankan dakwah Islam ke seluruh
Nusantara sejak abad ke-15.
Wali Songo terdiri dari sembilan
wali; Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan
Kudus, Sunan Drajat, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati, dan Sunan Kali Jaga.
Perkataan wali
sendiri berasal dari bahasa Arab.Wala atau waliya yang berarti qaraba yaitu
dekat, yang berperan melanjutkan misi kenabian (Nasution, 1992; Saksono,
1995.Dalam Al-Qur’an istilah ini dipakai dengan pengertian kerabat, teman atau
pelindung. Al-Qur’an
menjelaskan:“Allah pelindung (waliyu) orang-orang yang beriman; Dia
mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan
orang-orang kafir, pelidung-pelindung (auliya) mereka ialah syetan, yang
mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran).Mereka itu adalah
penghuni neraka; mereka kekal didalamnya.”(QS. Al-Baqarah: 257).
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Biografi Sunan Kalijaga
Pada
waktu muda Sunan Kalijaga bernama Raden Said atau Jaka Said. Kemudian ia
disebut juga dengan nama Syekh Malaya, Lokajaya, Raden Abdurraman dan Pangeran Tuban. Di dalam Babad Tanah Jawi
disebut bahwa Raden Said adalah putra Tumenggung Wilatikta, Adipati Tuban.
Sedangkan Arya Wilatikta, ayah Sunan Kalijaga, menurut Babad Tuban, adalah
putra Arya Teja. Disebutkan pula bahwa Arya Teja bukanlah seorang pribumi
jawa.Ia berasal dari kalangan masyarakat Arab
dan merupakan seorang ulama.Ia berhasil mengislamkan Raja Tuban, Arya Dikara,
dan memperoleh seorang putrinya. Dengan jalan ini ia akhirnya berhasil menjadi
kepala negara Tuban, menggunakan kedudukan mertuanya. Akan tetapi Babad Tuban
tidak menjelaskan mengenai asal-usul Arya Wilatikta, ayahanda Sunan Kalijaga
itu.
Dalam Babad Cerbon naskah Nr. 36 koleksi
Brandes, dijumpai keterangan bahwa ayahanda Sunan Kalijaga bernama Arya Sidik,
dijuluki “Arya ing Tuban” Arya Sadik dipastikan merupakan perubahan dari nama
Arya Sidik, dan nama ini merupakan nama asli dari ayahanda Sunan Kalijaga, yang
menurut Babad Tuban bukan seorang pribumi jawa, melainkan berasal dari kalangan
masyarakat Arab dan merupakan seorang ulama.
Tahun
kelahiran serta wafat Sunan Kalijaga belum dapat dipastikan, hanya diperkirakan
ia mencapai usia lanjut. Diperkirakan ia lahir ± 1450 M berdasarkan atas suatu
sumber yang menyatakan bahwa Sunan Kalijaga kawin dengan putri Sunan Ampel pada
usia ±20 tahun, yakni tahun 1470. Sedangkan Sunan Ampel lahir pada tahun 1401
dan mempunyai anak wanita yang dikawini oleh Sunan Kalijaga itu pada waktu ia
berusia 50 tahun.
Masa
hidupnya mengalami 3 masa pemerintahan, yaitu masa akhir Majapahit,
zaman Kasultanna Demak dan Kasultanan Pajang. Kerajaan Majapahit runtuh pada
tahun 1478 M, kemudian disusul Kasultanan Demak berdiri pada tahun
1481-1546 M, dan disusul pula Kasultanan Pajang yang diperkirakan berakhir pada
t ahun 1568 M. diperkirakan, pada tahun 1580 M Sunan Kalijaga wafat. Hal ini
dapat dihubungkan dengan gelar kepala Perdikan Kadilangu semula adalah Sunan
Hadi, tetapi pada Mas Jolang di Mataram (1601-1603), gelar itu diganti dengan sebutan
Panembahan Hadi.Dengan demikian, Sunan Kalijaga sudah diganti putranya sebagai
Kepala Perdikan Kadilangu sebelum zaman mas Jolang yaitu sejak berdirinya
kesultanan Mataram pemerintahan Panembahan Senopati atau Sutawijaya
(1675-1601). Dan pada awal pemerintahan Mataram, menurut Babad Tanah Jawi versi
Meisma, dinyatakan Sunan Kalijaga pernah datang ke tempat kediaman Panembahan
Senopati di Mataram memberikan saran bagaimana cara membangun kota.
Dengan demikian, Sunan Kalijaga
diperkirakan hidupnya lebih dari 100 tahun lamanya yakni sejak pertengahan abad
ke-15sampai dengan akhir abad 16.Tentang asal-usul keturunannya, ada beberapa
pendapat, ada yang menyatakan keturunan arab asli, yang lain menyatakan
keturunan Cina, dan ada pula yang menyatakan keturunan Jawa asli. Masing-msing
pendapat mempunyai sumber yang berbeda.Dalam buku “De Handramaut et les
Colonies Arabes dan’l Archipel Indian” Karya Mr. C.L.N. Van den Berg, Sunan
Kalijaga disebutkan sebagai keturunan Arab asli. Bahkan di dalam buku tersebut
tidak hanya Sunan Kalijaga saja yang dinyatakan sebagai keturunan Arab, tetapi
juga semua Wali
di Jawa.
Menurut buku
tersebut, silsilah Sunan Kalijaga adalah sebagai berikut: Abdul Muthalib (nenek
moyang Muhammad saw) berputra Abbas, berputra Abdul Wakhid, berputra Mudzakir,
berputra Abdullah, berputra Kharmia, berputra Mubarrak, berputra Abdullah,
berputra Madhra’uf, berputra Arifin, berputra Hasanudin, berputra Jamal,
berputra Akhmad, berputra Abdullah, berputra Abbas, berputra Kouramas, berputra
Abdur rakhim (Aria Teja, Bupati Tuban) berputra Teja Laku (Bupati Majapahit),
berptra Lembu Kusuma (Bupati Tuban), berputra Tumenggung Wilatikta (Bupati
Tuban), berputra Raden Mas Said (Sunann Kalijaga).
Kemudian pendapat yang menyatakan Sunan
Kalijaga sebagia keturunan Cina di dasarkan atas buku “Kumpulan Cerita Lama
dari kota Wali (Demak)” yang ditulis oleh S. Sunan Kalijaga sewaktu kecil
bernama Said. Dia adalah keturunan seorang cina bernama Oei Tiktoo yang
mempunyai putra bernama Wiratikta (Bupati Tuban).Bupati Wiratikta ini mempunyai
anak laki-laki bernama Oei Sam Ik, dan terakhir di panggil Said.
Sedangkan pendapat yang menyatakan Sunan
Kalijaga berdarah jawa asli, didasarkan atas sumber keterangan yang berasal
dari keturunan Sunan Kalijaga sendiri. Silsilah menurut pendapat ketiga ini
menyatakan bahwa moyang “Kalijaga adalah salah seorang panglima Raden Wijaya, raja pertama majapahit, yakni Ronggolawe yang
kemudian diangkat menjadi Bupati Tuban. Seterusnya adipati Ronggolawe
(Bupati Tuban), berputra Aria Teja I (bupati Tuban) berputra Aria Teja II
(Bupati Tuban), berputra Aria Teja III (Bupati Tuban), berputra Raden
Tumenggung Wilwatikta (Bupati Tuban), berputra Raden Mas Said (Sunan Klijaga).
Menurut keterangan berdasar bukti yang ada pada makam, Aria Teja I dan II masih
memeluk agama Syiwa, sedangkan Aria Teja III sudah memeluk Islam.
Terhadap pendapat-pendapat tersebut,
terdapat sanggahan-sanggahan, terutama terhadap endapat yang menyatakan bahwa
Sunan Kalijaga, dan juga para wali yang lain, adalah keturunan cina.Di antara
para ahli yang menyatakan bahwa pendapat itu tidak benar adalah Prof. D.W.J.
Drewes. Beliau adalah bekas guru Besar Sastra Arab di Fakultas der
Aleteren pada Universitas Leiden dan berkas ketua Oosters Genooschap di
Nederland, lahir pada tahun 1899 pernah memimpin balai pustaka (1930) di
Jakarta danmenjadi guru besar Hukum Islam di Indonesia, dan sampai tahun 1970
beliau menjadi Guru Besar di Universitas Leiden, Nederland. Tanggapannya
terhadap Prof. Dr. Slamet Mulyono yang menyatakan bahwa para wali adalah keturunan
bahwa para wali adalah keturunan Cina adalah tidak benar, karena tidak
mempunyai bukti. Sumber-sumber yang diambil yakni dari Babad Tanah Jawi, Serat
Kanda, Kronik Cina dari Klenteng Semarang dan Talang, semua sumber itu tidak
pernah dipeakai oleh padra sarjana sejarah. Sementara, sumber dari Reseden
Poortman sudah lewat tangan ketiga.
Tentang
asal-usul nama Kalijaga, terdapat pula perbedaan penafsiran, satu pendapat
menyatakan bahwa Kalijaga berasal dari kataJaga Kali (bahasa jawa). Pendapat
lain mengatakan bahwa kalijaga berasal dari kata Arab, Wodli Dzakka (penghulu
suci), dan pendapat yang lain lagi menyatakan Kalijaga berasal dari nama dusun
Kalijaga yang terletak di daerah Cirebon.
B. Sejarah Sunan Kalijaga
1. Guru-guru Sunan Kalijaga
Sunan
Kalijaga pertama berguru kepada Sunan Bonang, yang dikenal juga dengan nama
Makdum Ibrahim. Menurut sumber-sumber sejarah, sebenarnya antara Sunan Bonang
dengan Sunan Kalijaga mempunyai hubungan kekerabatan, karena Sunan Ampel Denta,
ayah Sunan Bonang, memperistri Nyi Gede Manila, yakni Ibun Sunan Bonang yang
tidak lain adalah anak perempuan Wilatikta. Tetapi dalam Babad Tanah Jawi versi
yang mana pun, seakan mereka sebelumnya tidak pernah mengenal, setidak-tidaknya
Raden Said tidak mengenal Sunan Bonang, sementara menurut salah satu sumber,
Sunan Bonang sendiri memang secara sengaja disuruh ayahandanya agar mencari
dean menemukan serta mempertobatkan Raden Said dan mengesankan bahwa Sunan
Bonang sudah mengenal sebelumnya.
Pertemuan
yang pertama adalah ketika mereka mengadu ayam, sebagaimana telah dikemukakan
pada uraian terdahulu. Dalam banyak cerita tentang pertemuan-pertemuan pertama
antara kedua orang itu menyatakan bahwa di bawah asuhan Sunan Bonang, Sunan
Kalijaga pada awal mulanya merupakan seorang anak muda yang nakal, akhirnya
dapat ditobatkan hingga jadi waliullah.
Kemudian
Sunan Kalijaga juga berguru kepada Syekh Sutabris di Pulau Upih. Yang dimaksud
pulau Upih ialah bagian kota malaka yang terletak di sebelah utara sungai, yang
pada akhir abad XV merupakan daerah perdagangan yang paling ramai di kota itu,
di mana banyak pedagang dari pulau jawa yakni dari daerah Tuban dan Jepara
bertempat tinggal. Demikianlah, sebagaimana dinyatakan dalam naskah sejarah
Banten dan menurut naskah ini, Sunan Kalijaga berguru pada Syekh Sutabris.Sunan
Kalijaga menetap di tepi sungai kecil di Cirebon dan oleh karenanya kemudian
disebut orang pangeran Kalijaga. Menurut sumber lain, kepergian Sunan Kalijaga
sampai ke pulau Upih sebenarnya dalam perjalanan menyusul Sunan Bonang naik
haji ke makkah. Tetapi sampai di pulau Upih itu oleh Syekh Maulana Maghribi
disarankan untuk kembali ke jawa membangun masjid, menjadi penggenap wali
sembilan.Disarankan oleh Syekh Maulana agar menunggu gurunya itu di
atas kayu ditepi kali. Kembalilah Sunan Kalijaga ke jawa dan menetap di suatu
desa di Cirebon, dan disinilah kemudian ia bertemu kembai dengan Sunan Bonang,
setelah menunggu selama 100 hari. Desa yang dimaksud itu adalah desa kalijaga.
Menurut
Serat Kandaning ringgit Purwa, Sunan Kalijaga pergi naik haji bkan menyusul
Sunan Bonang, tetapi justru kepergiannya atas saran Sunan Bonang setelah
mendapatkan berbagai ajaran pengetahuan agama dan belum dianggap sempurna
kebajikan lahiriyahnya kalau belum pergi haji ke makkah.
Di Cirebon, setelah membuat pemukiman baru
lengkap dengan perumahan nya, oleh Sunan Bonang diajak pergi ke Giripura
menghadap Sunan Gunung Giri yang dianggap sebagai ketua para wali di jawa agar
menerima Sunan Kalijaga sebagai wali yang kedelapan.
Adapun
gurunya yang ketiga adalah Sunan Gunung Jati di Cirebon. Dalam beberapa sumber
seperti Babad Dipanegara, Babad Tdanah Jawi maupun Babad Demak selain versi
Cirebon, kehadiran Sunan Kalijaga di Cirebon adalah dalam usahanya untuk
menambah pengetahuan dengan berkelana, bertapa dari tempat ke tempat lain,
sehingga sampailah di desa kalijaga. Menurut salah satu naskah Sunan Kalijaga
sebagai Syekh Malaya ditemukan oleh Pangeran Modang yakni Sunan Gunung Jati,
dalam keadaan seolah-olah tidak menyadaridirinay bertapa di perempatan jalan di
dekat pasar, terlentang tanpa pakaian seama sekali. Tatkala keempat istri
pangeran modang tidak mampu menggagalkan / membangunkan Sunan Kalijaga maka
Pangeran Modang sendirilah yang berkunjung ke temapt, dan dia baru bisa
membangunkan seteah menunggu selama tujuh hari. Akan tetapi, menurut Babad
Demak versi Cirebon, kehadiran Sunan Kalijaga ke Cirebon adalah dalam rangkaian
dakwahnya sejak dari
Rembang-Purwodadi-Salatiga-Kartasura-Kutaarja-Kebumen-Banyumas dan akhirnya
sampai ke Cirebon. Disini Sunan Kalijaga sebagai Syekh Malaya diterima sebagai
tamu terhormat yang ahli dalam bidang ilmu agama, sebagai penghulu
suci.Sedangkan menurut naskah sejarah Hikayat Hasanuddin, kedatangan Sunan
Kalijaga Dicirebon tidak lepas dari usahanya menyebarkan agama Islam, sekaligus
menuntut ilmu pada Sunan Gunung Jati. Dalam fragment itu dituturkan, Sunan
Bonang dan Adipati Demak telah pergi berziarah mengunjungi Sunan Gunung jati.
Sunan Bonang, Pangeran Adipati Demak dan kaum keluarganya berguru kepada Sunan Gunung
Jati. Demikian halnya Pangeran Kalijaga dan pangeran Kadarajad, putra Sunan
Ampel yang dibelakang hari terkenal dengan nama Sunan Drajad. Penyebutdan Sunan
Kalijaga dengan nama Pangeran Kalijaga dengan jelas menunjukkan, pada waktu itu
Sunan Kalijaga masih belum menjadi wali. Tidak ubahnya dengan Sunan Derajad,
yang pada waktu itu masih disebut dengan nama Pangeran Kadarajad.
2. Menjadi
Wali
Menurut
sumber naskah sejarah yang mana pun Sunan Kalijaga disebut sebagai salah satu
waliyullah yang termasuk dalam walisongo. Kedudukannya sebagai seorang wali,
menurut Babad Majapahit dan Para Wali, dikukuhkan di hadapan Sunan Giri
yang dianggap sebagai ketua para wali di jawa. Dengan demikian, penetapan
sebagai wali itu sesuai dengan ramalan semula semenjak Sunan Bonang diutus oleh
ayahnya, Sunan Ampel Denta untuk mencari dan mempertobatkan Sunan Kalijaga
sebagai upaya mempercepat proses ke arah kedudukannya sebagai wali.
Sebagai waliyullah, Sunan Kalijaga
termasuk orang yang dikasihi allah, sebagaimana pengertian waliyullah adalah
“kekasih allah”, Oleh karena itu sebagiaman lazimnya para wali, Sunan Kalijaga
memiliki “karamah” pemberian dari Allah berupa keunggulan lahir dan batin yang
tidak bisa dimiliki oleh sembarang orang. Di samping itu, sebagai tanda
kewalian, ia bergelar “Sunan” sebagaimana wali-wali yang lain. Menurutu salah
satu penafsiran, kaata “sunan” berasal dari bahasa Arab, kata jamak dair
“sunnat” yang berarti tingkah laku, adat kebiasaan. Adapun tingkah laku yang
dimaksud adalah yang serba baik, sopan santun, budi luhur, hidup yang serba
kebijakan menurut tuntunan agama islam. Oleh karena itu, seorang sunan akan
senantiasa menampilkan perilaku yang serba berkebajikan sesuai dengan
tugas mereka berdakwah, beramar ma’ruf nahi munkar, memerintah atau
mengajak ke arah kebaikan dan melarang perbuatan munkar.
Peran
Sunan Kalijaga dalam berdakwah tampak dalam berbagai kegiatan, baik kegiatan
agama secara langsung ataupun dalam pemerintahan dan kegiatan seni dan budaya
pada umumnya.
Diantara
kasus kegiatan yang berkenaan dengan keagamaan, sebagaimana banyak disebut
dalam naskah babad, adalah kegiatan Sunan Kalijaga bersama-sama wali yang lain
dalam mendirikan masjid agung demak. Sudah jelas bahwa fungsi masjid, di
samping menjadi sarana peribadatan, juga dipakai sebagai pusat kegiatan dakwah
ketika itu sehingga dirasakan perlu adanya, kendatipun sulit untuk menentukan
secara pasti kapan masjid tersebut di dirikan. Banyak keterangan antar satu
dengan yang lain saling bertentangan. Di antaranya pendapat-pendapat tersebut
adalah:
·
Menurut Candra Sangkala “naga Salira
Wani” berasal dari gambaran petir di pintu tengah, adalah tahun 1388 saka atau
tahun 1466 M.
·
Ada yang mengatakn berdirinya masjid
demak itu pada tahun 1401 saka, ataupun tahun 1479 M. berdasarkan gambaran
binatang bulus (penyu) di dalam tembok pengimaman (mihrab) masjid demak, karena
gambar bulus itu diartikan sebagai berikut:
Kepala
bulus : 1
Empat
kaki : 4
Badan
Bulus : 0
Ekor
Bulus : 1
·
Ada lagi yang mengatakan, bahwa berdasarkan tulisan dalam bahasa jawa yang
terpacang di pintu muka sebelah atas, bunyinya adalah “Hadegipun masjid
yasanipun para wali, nalika tanggal 1 dulka’idah tahun 1428”, yakni bertepat
dengan h ari kamis Kliwaon malam ju’at egi atau tahun 1501 M.
·
Menurut “Serta Kanda”, jadinya masjid Demak pada thun 1328 saka atau tahun
1407 M. hal ini sebenarnya lebih tidak masuk akal, karena raden patah mulai
menjadi raja adalah sekitar 1477 M. dengan demikian, jarak antara waktu
mendirikan masjid (tahun 1407 menurut serat kanda) dengan diangkatnya menjadi
raja (tahun 1477) adalah 70 tahun. Waktu 70 tahun adalah lam bagi jarak
antara berdirinya masjid dengan diangkatnya menjadi raja. Yang lebih masuk akal
adalah jarak antaramenetapnya raden patah di Glagah Wangi dengan saat mendirikan
masjid serta menjadi raja itu dalam masa yang berurutan, dan dalam masa yang
dekat atau tidak begitu lama.
·
Menurut buku Babad Demak , berdirinya
masjid Demak itu dapat diambil dari arti kata-kata “Lawang Trus Gunaning
Janma”, yang menunjukkan angka tahun saka 1399 atau bertepatan dengan tahun
1477 M. keterangan ini kalu disesuaikan dengan gambar bulus, agak mendekati,
karena mungkin tahun 1399 saka (=1477) itu sewaktu mulai meletakkan batu
pertama, mulai membangun. Setelah dua tahun berjalan, maka jadilah masjid itu
pada tahun 1401 Saka (=1479 M)sebagaimana yang dilambangkan dalam gambar
bulus, diperingati menurut Candra Sangkala Memet.
Masjid
Agung Demak menjadi terkenal, tidak saja karena masjid ini dibangun oleh wali,
tetapi karena salah satu saka gurunya terdiri dari serpihan kayu-kayu tatal
karya dari Sunan Kalijaga yang dikenal dengan sebutan “soko
tatal”.Keikutsertaan Sunan Kalijaga tidak hanya mengupayakan bahan-bahannya,
tetapi juga ikut bermusyawarah sebelumnya.
Dituturkan
dalam salah satu sumber bahwa pembangunan masjid Demak berjalan lancar,
masing-masing wali mendapat tugs membwawa empat tiang besar, yaitu Sunan Giri,
Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Kudus, Sunan Purwaganda, Sunan Gunung Jati,
Pangeran Palembang, Sunan Kalijaga dan Syekh Siti Jenar. Hanya Sunan Kalijaga
sendirilah yang membawa tiga buah. Jumlah semuanya delapan puluh tiga
kurang satu, tatkala semuanya sudah siap, dan waktu mendirikan masjid tinggal
satu hari, sementara saka guru kurang satu, maka Sunan Bonang menanyakan kepada
Sunan Kalijaga akan tugasnya menyiapkan tiang saka guru itu. Sunan Kalijaga
menyanggupinya, malam-malam menunggui orang mengapak (jawa:methel) kulit bagian
luar, dikumpulkan serpihan-serpihan kayu itu, disusun, dilekatkan dengan lem
Damar, kemenyan, blendok trembalo, lantas dibalut. Jadilah sebuah tiang dari
tatal.
Adanya
soko tatal ini adalah suatu kesengajaan, sebagai lambang kerohanian, bahwa
pembuatan Soko tatal sebagai lambang kerukunan danpersatuan.Konon sewaktu
mendirikan masjid agung demak, masyarakat Islam ditimpa perpecahan antara
golongan, bahkan dalam bekerja mendirikan masjid itu pun terjadi
perselisihan-perselisihan berbagai masalah kecil dan sepele.Sunan Kalijaga
mendapat ilham, suasut petunjuk dari tuhan dan disusunlah tatal-tatal menjadi
sebuah tiang yang kokoh.
C.
Akhir Hayat Sunan Kalijaga
Tidak
jelas kapan Sunan Kalijaga wafat, tetapi secara umum masyarakat memaklumi bahwa
makam Sunan Kalijaga berada di desa Kadilangu.Tiap tahun tanggal 10 Dzulhijah
diadakan ziarah resmi yang diselenggarakan oleh panitia besaran ziarah resmi
yang diselenggarakan oleh panitia besaran dari Masjid Agung Demak ke makam
Kadilangu.Memang Babad Tanah Jawi menuturkan kepindahan Sunan Kalijaga dari
Cirebon ke demak dan menetap di Kadilangu.Kepindahan itu atas permintaan
sultan.Setiap bulans ekali Sunan Kalijaga datang ke Demak dari tempat
tinggalnya di Kalijaga, Cirebon.Dituturkan dalam buku itu bahwa yang menjemput
adalah Sultan sendiri dengan disertai dua puluh ribu pengikut.Di Kadilangu
pekerjaan Sunan Kalijaga mengajar mengaji agama Rasul, sehingga banyak pula
murid yang menetap di dusun itu.
Akan
tetapi adalah pendapat lain yang mengatakan bahwa Sunan Kalijaga dimakamkan di
Cirebon. Kira-kira dalam jarak 2 ½ Km. Ke arah barat daya darikotad Cirebon di
sana terdapat pula sebuah desa bernama Kadilangu. Di desa inilah Sunan Kalijaga
dimakamkan dan memang desa itu pula merupakan tempat tinggal resmi sewaktu
beliau masih hidup.Makam Sunan Kalijaga dikeramatkan oleh masyarakat setempat
dan ramai diziarahi orang sebagai mana makma di Kadilangu Demak.Mereka yang
mempercayai bahwa Sunan Kalijaga di makamkan di Cirebon mengajukan bukti bahwa
masjid kesepuhan alun-alun Cirebon terdapat soko tatal seperti halnya yang
terdapat di Demak.Dan menurut kepercayaan mereka, yang dimakamkan di Kadilangu
Demak itu hanyalah benda-benda peninggalan nya saja. Beberapa sumber yang
membenarkan keterangan itu antara lain:
1.
Serat Sejarah Banten, oleh Prof. Dr. R.A. Hoesein Djajadiningrat.
2.
Serat Walisongo, dari Sadu Budi, 1955
3.
Serat Syekh Malaya, dari Musium Sana Pustaka
4.
Babad Cirebon, Penghulu Abdul Qohar
5.
Kitab Wali Sepuluh, oleh Tan Koen Swie, 1950
6.
Menurut K.G.P.H. Hadiwijaya, Sunan Kalijaga adalah seorang wali yang
berasal dari harjamukti, sebuah dusun yang berjarak kira-kira 2 ½ Km. Sebelah
selatan kota Cirebon. Ia menetap di dusun itu dan dimakamkan di sana pula.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa Sunan Kalijaga nama aslinya adalah Joko Said yang dilahirkan sekitar tahun 1450 M. Ayahnya
adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban.Arya Wilatikta ini adalah keturunan dari
pemberontak legendaris Majapahit, Ronggolawe. Riwayat masyhur mengatakan bahwa
Adipati Arya Wilatikta sudah memeluk Islam sejak sebelum lahirnya Joko Said.
Namun sebagai Muslim, ia dikenal kejam dan sangat taklid kepada pemerintahan
pusat Majapahit yang menganut Agama Hindu. Ia menetapkan pajak tinggi kepada
rakyat. Joko Said muda yang tidak setuju pada segala kebijakan Ayahnya sebagai
Adipati sering membangkang pada kebijakan-kebijakan ayahnya
B. Saran
Dari uraian materi diatas yang kami buat, penulis menyadari
bahwa didalamnya terdapat banyak kesalahan ataupun kekeliruan didalam kami
menyusunnya, untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi untuk
kebaikan kita bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Rahimsyah,MB.2000.Wali
Songo dan Islamisasi Jawa.Surabaya : Karya Gemilang Utama
Amin,
Muhamad.1979.wejangan Sunan Kalijogo.Surabaya : Al-ihsan
Semiawan,
Kansil.1995.Makna Lagu Ilir Ilir.Jakarta : Musika
Pamungkas, Sigit.1971.Gaya Dakwah kanjeng sunan.Yogyakarta
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1.
Lampiran
foto Sunan Kalijaga


2.
Foto
dokumentasi


DAFTAR RIWAYAT
HIDUP
Arjun wiyanto dilahirkan tugu mulyo
pada tanggal 22 mei 1999, saya menempuh pendidikan dasar di SD N1 Mesuji, yang
lulus pada tahun 2011, kemudian saya lanjut kejenjang pendidikan sekolah lanjut
di MTsAl-Ishlah,Sukadamai, Natar, Lampung Selatan yang lulus pada tahun 2014,
setelah itu saya lanjut di sekolah menengah atas MA Al-Ishlah Sukadamai, Natar,
Lampung Selatan sekarang ini.
Saya anak pertama dari 2 bersaudara,
ayah saya bernama Mujianto dan ibu saya yang bernama Wiyanti, adik saya bernama
Elma Dwi Sholeha. sekarang saya tinggal disukadamai tepatnya dipondok pesantren
Al-Ishlah sejak tahun 2013, disini saya menimba ilmu pendidikan agama, selain
dipendidikan formal juga di pondok pesantren
Pengalaman saya, pernah
menjadi peserta pramuka di Ma’arif Sekampung, selain itu juga saya mengikuti
pencak silat Pagar Nusa. Suka dan duka saya rasakan disini karena saya dapat
merasakan segala manis dan pahit bersama teman-teman semua.
[1]
https://id.wikipedia.org/wiki/Ziarah
[2]
http://www.solusiislam.com/2013/04/cara-ziarah-kubur-yang-benar-dan-syari.html