Jumat, 07 April 2017

karya ilmiah sunan kalijogo



KARYA ILMIAH
Karya Ilmiahini DisusununtukMemenuhiSyaratMengikuti
Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2016/2017
JUDUL:
 MENGENAL BIOGRAFI DAN SEJARAH SUNAN KALIJAGA DALAM BERDAKWAH DIPULAU JAWA








                                                                                                  
Disusun Oleh: Arjun Wiyanto
Kelas: XII B
YAYASANPONDOK PESANTREN AL-ISHLAH
MADRASAH ALIYAH
SUKADAMAI KEC.NATAR KAB.LAMPUNG SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PENGESAHAN

Nama                           : ARJUN WIYANTO
NISN                          :99938263664
Kelas                           :XII B
JudulkaryaIlmiah        : Mengenal Biografi Dan Sejarah Sunan Kalijaga dalam        : Berdakwah Dipulau Jawa.

            Karyailmiah initelahdisetujuidandisyahkanpada :
Hari/Tanggal               :
Waktu                         :
Tempat                        : Gedung MA Al Ishlah
Tim Pengesahan :
1.      KetuaPelaksana           : WasisAmininS.Pd.I                          (....................) 

2.      Pembimbing                : Ky. M. Abdul Adib, M.Pd.I             (....................)
Mengetahui,
Kepala Madrasah AliyahAl Ishlah


Ky. M. Abdul Adib, M.Pd.I



Motto
*}§øŠ©9§ŽÉ9ø9$#br&(#q9uqè?öNä3ydqã_ãrŸ@t6Ï%É-ÎŽô³yJø9$#É>̍øóyJø9$#ur£`Å3»s9ur§ŽÉ9ø9$#ô`tBz`tB#uä«!$$Î/ÏQöquø9$#ur̍ÅzFy$#Ïpx6Í´¯»n=yJø9$#urÉ=»tGÅ3ø9$#urz`¿ÍhÎ;¨Z9$#urtA#uäurtA$yJø9$#4n?tã¾ÏmÎm6ãmÍrsŒ4n1öà)ø9$#4yJ»tGuŠø9$#urtûüÅ3»|¡yJø9$#urtûøó$#urÈ@Î6¡¡9$#tû,Î#ͬ!$¡¡9$#urÎûurÅU$s%Ìh9$#uQ$s%r&urno4qn=¢Á9$#tA#uäurno4qŸ2¨9$#šcqèùqßJø9$#uröNÏdÏôgyèÎ/#sŒÎ)(#rßyg»tã(tûïÎŽÉ9»¢Á9$#urÎûÏä!$yù't7ø9$#Ïä!#§ŽœØ9$#urtûüÏnurĨù't7ø9$#3y7Í´¯»s9'ré&tûïÏ%©!$#(#qè%y|¹(y7Í´¯»s9'ré&urãNèdtbqà)­GßJø9$#ÇÊÐÐÈ
Artinya:
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa. (Q.S Al-Baqarah/2:177)

Barang siapa bersungguh-sungguh pasti akan berhasil.

(Arjun Wiyanto)







PERSEMBAHAN

Karyailmiahinikupersembahkankepada:
v  Orangtuatercinta yang telahmembesarkandanmendidiksertamendo’akan demi keberhasilanputranya.
v  Ky. M.AbdulAdib, M.Pd.ISelakuPembimbingdan Kepala Madrasah Aliyah di YayasanPondokPesantrenAl-IshlahSukadamaiNatarKabupaten Lampung Selatan, yang telahmendidikdanmembimbing, danmemberikansemangatdalammenyelesaikankarya ilmiah ini. Serta untaian rasa syukuratasbarokahdo’abeliau.
v  Almamaterku, Madrasah Aliyah Al-IshlahSukadamai.
v  Dewan Guru MA Al-Ishlah yang telahmendidikdanmemberikan. Semangatbelajar, kritikandanmotivasi demi sebuahkesuksesan.
v  Semuateman-temanku di PondokPesantren Al-IshlahSukadamai yang telahmembantudanmemberikansemangat demi terwujudnyakarya ilmiah ini.




Penyusun,


Arjun Wiyanto



KATA PENGANTAR
Denganmemanjatkansegalapujidansyukurkepadatuhan yang mahaEsa yang telahmemberikantaufikdanhidayahsertainayah-Nyakepadapenulis, sehinggapenulispadaakhirnyadapatmenyelesaikanmakalahsesuaidenganwaktu yang di rencanakan.
            Karya ilmiah yang berjudul “mengenal biografi dan sejarah sunan kalijaga dalam berdakwah dipulau Jawa” ini, disusununtukmemenuhipersyaratanmengikutiUjianNasional TP.2016/2017.Penulismenyadari, bahwakaryailmiah inimasihjauhdarikesempurnaan, halinidisebabkankarenaketerbatasankemampuandanpengetahuan yang penulismiliki.
            Olehkarenaitu, setiap saran dantegurandarisegenappembacaakanpenulisterimadengansepenuhhati, yang semata-matauntukupayaperbaikan di waktu-waktu yang akandatang. Namunwajarkiranya, kalaupenulisberharapagarmakalahinidapatbermanfaat, khususbagipenulissendiridanpembacapadaumumnya.Selama proses penyusunankarya ilmiah ini, penulistelahbanyaksekalimendapatbantuandariberbagaipihak, makadalamkesempataninipenulisinginmenyampaikanucapanterimakasihkepadaBapak/Ibudewan guru, yang telahmengajardanmembimbingpenulisdenganbaik. TidaklupapenulisinginmengungkapkankebahagiaandansekaligusucapanTerimakasih yang teramatdalamkepada orang tua, keluarga yang senantiasaberdo’abagikelancaranpenulisdalammenyelesaikanpendidikan di MA Al-IshlahSukadamaiini. Sekalilagipenulisberharap, semogamakalahinidapatmemberikanmanfaatbagikitasemua, Amin.

Sukadamai,20 Maret 2017
Penyusun,


Arjun Wiyanto


DAFTAR ISI

HalamanJudul.................................................................................................... . i
HalamanPengesahan........................................................................................... ii
Motto.................................................................................................................. iii
Persembahan....................................................................................................... iv
Kata Pengantar.................................................................................................... v
Daftar Isi............................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUN
A.    LatarBelakangMasalah.........................................................................1
B.     RumusanPembahasan.............................................................................. 2
C.     TujuanKegiatan....................................................................................... 2
D.    ManfaatKegiatan.................................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORITIS
A.    PengertianZiarah....................................................................................3
B.     Sejarah Walisongo..................................................................................4
BAB III PEMBAHASAN
A.    BiografiSunanKalijaga......................................................................... 6
B.     Sejarah SunanKalijaga......................................................................... 9
C.     Akhir Hayat SunanKalijaga................................................................. 15
BAB IV PENUTP
A.    Kesimpulan............................................................................................. 17
B.     Saran....................................................................................................... 17
DAFTARPUSTAKA......................................................................................... 18
LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................19
aBAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Sunan Kalijaga adalah salah satu tokoh kharismatik Masyarakat Jawa pada umumnya. Sunan Kalijaga dianggap sebagai tokoh sakral dikalangan Masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah, dan diyakini telah mempunyai kesaktian yang luar biasa, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya cerita rakyat yang turun-temurun ditengah Masyarakat Jawa yang terkadang menggambarkan Sunan Kalijaga sebagai tokoh yang sangat sakti dan tidak dapat dipidahkan dengan peristiwa-peristiwa yang terkadang tidak masuk akal. Sebagai contohnya adalah saat sunan kalijaga menyeberangi sungai, dikatakan beliau dapat berjalan diatas air tanpa membasahi kakinya. Selain itu masih banyak lagi mitos Masyarakat Jawa yang berkembang secara turun-temurun tentang sepak terjang sunan Kalijaga dalam penyebaran islam.
Namun dalam Pembahasan ini tidak akan mengkaji tentang kesaktian ataupun legenda yang berkembang tentang sunan kalijaga, kisah-kisah Kalijaga yang melegenda telah menandakan betapa tingginya kedudukannya ditengah masyarakat Jawa.  Sunan kalijaga dan beberapa tokoh sunan yang lainya merupakan penasehat raja pada zaman Kasultanan Demak.Sehingga besar kemungkinan mitos tersebut berkaitan dengan karya-karya para pujangga kerajaan Demak pada kala itu.Memang tidak diragukan lagi, setiap karya para pujangga kerajaan Di Jawa yang berkaitan dengan kisah-kisah para raja ataupun para tokoh pejabat kerajaan lainya selalu digambarkan dengan kesaktian.Hal ini bertujuan agar rakyat mau tunduk dan patuh terhadap raja, keluarga raja, dan punggawa-punggawa kerajaan lainya.
Di sisi lain Sunan Kalijaga adalah orang yang cerdas. Beliau mampu menyebarkan agama islam dengan caranya sendiri, dan keunikan cara penyebaran agama islam oleh Sunan Kalijaga ini yang membedakan beliau dengan sunan-sunan yang lainya. Dalam penyebaran islamnya di Pulau Jawa Sunan Kalijaga mampu berbaur dan larut di tengah-tengah masyarakat, dengan seperti itu islam lebih mudah berkembang dan masyarakat lebih mudah dalam mengenal dan mempelajari tentang ajaran islam.
Hal ini dapat dibuktikan dengan Masyarakat Jawa pada umumnya lebih mengenal Sunan Kalijaga dibandingkan dengan sunan-sunan yang lainya. Maka dari itu kita perlu membahas dan mengkaji lebih dalam tentang sepak terjang dan cara-cara yang digunakan Sunan Kalijaga dalam penyebaran agama islam di Pulau Jawa yang pada kala itu mayoritas masyarakatnya menganut Agama Hindu dan Budha.

B.     Rumusan Pembahasan
1.      Bagaimana biografi Sunan Kalijaga?
2.      Bagaimanasejarah Sunan Kalijaga?
3.      Bagaimana akhir hayat Sunan Kalijaga?

C.    Tujuan Kegiatan
1.      Memahamibagaimana biografi Sunan Kalijaga.
2.      Memahamibagaimanasejarah Sunan Kalijaga
3.      Memahamibagaimana akhir hayat Sunan Kalijaga.

D.    Manfaat Kegiatan
Sebagai bahan bacaan dan referensi bagi penulis dan pembaca baik murid, pendidik dan masyarakat untuk mengetahui sejarah perkembangan Islam di Pulau Jawa memalui para wali songo khususnyasunan kalijaga.





BAB II
 LANDASAN TEORITIS

A.    Pengertian Ziarah
Ziarah adalah salah satu praktik sebagian besar umat beragama yang memiliki makna moral yang penting.Kadang-kadang ziarah dilakukan ke suatu tempat yang suci dan penting bagikeyakinan dan iman yang bersangkutan.Tujuannya adalah untuk mengingat kembali, meneguhkan iman atau menyucikan diri.Orang yang melakukan perjalanan ini disebut peziarah.[1]
Ziarah kubur adalah mengunjungi makam keluarga, kerabat, ataupun makam para ulama yang telah berjasa bagi perkembangan agama Islam.Ada yang melaksanakannya setiap hari jumat, adapula menjelang hari Raya Idul Fitri, dan ada juga pada bulan-bulan tertentu saat perayaan hari besar. Hukum ziarah kubur adalah sunnah, artinya, barang siapa yang melakukannya akan mendapat pahala bagi yang meninggalkannya pun tidak berdosa.
Sabda Rasulullah SAW :
“Dulu aku pernah melarang kalian berziarah kubur, sekarang berziarahlah kalian ke kuburan, karena itu akan mengingatkan kalian pada akhirat.” (HR.Muslim)
Menurut Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul wahab ziarah kubur ada 3 macam. Yaitu,
1.      Ziarah yang syar’i. Dan ini yang di syariatkan dalam Isam. Ada tiga syarat yang harus dipenuhi.
a.       Tidak melakukan safar dalam rangka ziarah. Seperti sabda Rasulullah SAW. “ Janganlah kalian bepergian jauh melakukan safar kecuali ke tiga masjid. Masjidku ini, Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha.” (HR. Bukhari dan Muslim)
b.      Tidak mengucapkan ucapan batil.
c.       Tidak mengkhususkan waktu tertentu, karena tidak ada dalilnya.
2.      Ziarah Bid’ahIalah ziarah yang tidak memenuhi salah satu syarat diatas atau lebih.
3.      Ziarah Syirik Pelaku ziarah ini mengsekutukan Allah, dengan berdo’a meminta rizki pada makam si mayit yang di kunjungi, meminta keberkahan dan kesehatan pada si mayit dan berlebihan dalam memperlakukan makam si mayit.[2]

B.     Sejarah Walisongo
Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo.Pertama adalah wali yang sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga dalam bahasa Jawa. Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata tsana yang dalam bahasa Arab berarti mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tempat.
Walisongo atau WaliSongao dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke-17.Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam.Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
Dalam sejarah masuknya Islam  ke Nusantara, Wali Songo adalah perintis dakwah Islam di Indonesia, khususnya di Jawa, yang dipelopori Syeikh Maulana Malik Ibrahim (Syis, 1984; Sunyoto, 1991; Drewes, 2002). Wali Songo adalah pelopor dan pemimpin dakwah Islam yang berhasil merekrut murid-murid untuk menjalankan dakwah Islam ke seluruh Nusantara sejak abad ke-15.
Wali Songo terdiri dari sembilan wali; Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Drajat, Sunan Muria, Sunan Gunung Jati, dan Sunan Kali Jaga.
Perkataan wali sendiri berasal dari bahasa Arab.Wala atau waliya yang berarti qaraba yaitu dekat, yang berperan melanjutkan misi kenabian (Nasution, 1992; Saksono, 1995.Dalam Al-Qur’an istilah ini dipakai dengan pengertian kerabat, teman atau pelindung. Al-Qur’an menjelaskan:“Allah pelindung (waliyu) orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang kafir, pelidung-pelindung (auliya) mereka ialah syetan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran).Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal didalamnya.”(QS. Al-Baqarah: 257).



BAB III
PEMBAHASAN

A.    Biografi Sunan Kalijaga
Pada waktu muda Sunan Kalijaga bernama Raden Said atau Jaka Said. Kemudian ia disebut juga dengan nama Syekh Malaya, Lokajaya, Raden Abdurraman dan Pangeran Tuban. Di dalam Babad Tanah Jawi disebut bahwa Raden Said adalah putra Tumenggung Wilatikta, Adipati Tuban. Sedangkan Arya Wilatikta, ayah Sunan Kalijaga, menurut Babad Tuban, adalah putra Arya Teja. Disebutkan pula bahwa Arya Teja bukanlah seorang pribumi jawa.Ia berasal dari kalangan masyarakat Arab dan merupakan seorang ulama.Ia berhasil mengislamkan Raja Tuban, Arya Dikara, dan memperoleh seorang putrinya. Dengan jalan ini ia akhirnya berhasil menjadi kepala negara Tuban, menggunakan kedudukan mertuanya. Akan tetapi Babad Tuban tidak menjelaskan mengenai asal-usul Arya Wilatikta, ayahanda Sunan Kalijaga itu.
Dalam Babad Cerbon naskah Nr. 36 koleksi Brandes, dijumpai keterangan bahwa ayahanda Sunan Kalijaga bernama Arya Sidik, dijuluki “Arya ing Tuban” Arya Sadik dipastikan merupakan perubahan dari nama Arya Sidik, dan nama ini merupakan nama asli dari ayahanda Sunan Kalijaga, yang menurut Babad Tuban bukan seorang pribumi jawa, melainkan berasal dari kalangan masyarakat Arab dan merupakan seorang ulama.
Tahun kelahiran serta wafat Sunan Kalijaga belum dapat dipastikan, hanya diperkirakan ia mencapai usia lanjut. Diperkirakan ia lahir ± 1450 M berdasarkan atas suatu sumber yang menyatakan bahwa Sunan Kalijaga kawin dengan putri Sunan Ampel pada usia ±20 tahun, yakni tahun 1470. Sedangkan Sunan Ampel lahir pada tahun 1401 dan mempunyai anak wanita yang dikawini oleh Sunan Kalijaga itu pada waktu ia berusia 50 tahun.
Masa hidupnya mengalami 3 masa pemerintahan, yaitu masa akhir Majapahit, zaman Kasultanna Demak dan Kasultanan Pajang. Kerajaan Majapahit runtuh pada tahun 1478 M, kemudian disusul Kasultanan  Demak berdiri pada tahun 1481-1546 M, dan disusul pula Kasultanan Pajang yang diperkirakan berakhir pada t ahun 1568 M. diperkirakan, pada tahun 1580 M Sunan Kalijaga wafat. Hal ini dapat dihubungkan dengan gelar kepala Perdikan Kadilangu semula adalah Sunan Hadi, tetapi pada Mas Jolang di Mataram (1601-1603), gelar itu diganti dengan sebutan Panembahan Hadi.Dengan demikian, Sunan Kalijaga sudah diganti putranya sebagai Kepala Perdikan Kadilangu sebelum zaman mas Jolang yaitu sejak berdirinya kesultanan Mataram pemerintahan Panembahan Senopati atau Sutawijaya (1675-1601). Dan pada awal pemerintahan Mataram, menurut Babad Tanah Jawi versi Meisma, dinyatakan Sunan Kalijaga pernah datang ke tempat kediaman Panembahan Senopati di Mataram memberikan saran bagaimana cara membangun kota.
Dengan demikian, Sunan Kalijaga diperkirakan hidupnya lebih dari 100 tahun lamanya yakni sejak pertengahan abad ke-15sampai dengan akhir abad 16.Tentang asal-usul keturunannya, ada beberapa pendapat, ada yang menyatakan keturunan arab asli, yang lain menyatakan keturunan Cina, dan ada pula yang menyatakan keturunan Jawa asli. Masing-msing pendapat mempunyai sumber yang berbeda.Dalam buku “De Handramaut et les Colonies Arabes dan’l Archipel Indian” Karya Mr. C.L.N. Van den Berg, Sunan Kalijaga disebutkan sebagai keturunan Arab asli. Bahkan di dalam buku tersebut tidak hanya Sunan Kalijaga saja yang dinyatakan sebagai keturunan Arab, tetapi juga semua Wali di Jawa.
Menurut buku tersebut, silsilah Sunan Kalijaga adalah sebagai berikut: Abdul Muthalib (nenek moyang Muhammad saw) berputra Abbas, berputra Abdul Wakhid, berputra Mudzakir, berputra Abdullah, berputra Kharmia, berputra Mubarrak, berputra Abdullah, berputra Madhra’uf, berputra Arifin, berputra Hasanudin, berputra Jamal, berputra Akhmad, berputra Abdullah, berputra Abbas, berputra Kouramas, berputra Abdur rakhim (Aria Teja, Bupati Tuban) berputra Teja Laku (Bupati Majapahit), berptra Lembu Kusuma (Bupati Tuban), berputra Tumenggung Wilatikta (Bupati Tuban), berputra Raden Mas Said (Sunann Kalijaga).
Kemudian pendapat yang menyatakan Sunan Kalijaga sebagia keturunan Cina di dasarkan atas buku “Kumpulan Cerita Lama dari kota Wali (Demak)” yang ditulis oleh S. Sunan Kalijaga sewaktu kecil bernama Said. Dia adalah keturunan seorang cina bernama Oei Tiktoo yang mempunyai putra bernama Wiratikta (Bupati Tuban).Bupati Wiratikta ini mempunyai anak laki-laki bernama Oei Sam Ik, dan terakhir di panggil Said.
Sedangkan pendapat yang menyatakan Sunan Kalijaga berdarah jawa asli, didasarkan atas sumber keterangan yang berasal dari keturunan Sunan Kalijaga sendiri. Silsilah menurut pendapat ketiga ini menyatakan bahwa moyang “Kalijaga adalah salah seorang panglima Raden Wijaya, raja pertama majapahit, yakni Ronggolawe yang kemudian diangkat menjadi Bupati Tuban. Seterusnya adipati Ronggolawe (Bupati Tuban), berputra Aria Teja I (bupati Tuban) berputra Aria Teja II (Bupati Tuban), berputra Aria Teja III (Bupati Tuban), berputra Raden Tumenggung Wilwatikta (Bupati Tuban), berputra Raden Mas Said (Sunan Klijaga). Menurut keterangan berdasar bukti yang ada pada makam, Aria Teja I dan II masih memeluk agama Syiwa, sedangkan Aria Teja III sudah memeluk Islam.
Terhadap pendapat-pendapat tersebut, terdapat sanggahan-sanggahan, terutama terhadap endapat yang menyatakan bahwa Sunan Kalijaga, dan juga para wali yang lain, adalah keturunan cina.Di antara para ahli yang menyatakan bahwa pendapat itu tidak benar adalah Prof. D.W.J. Drewes. Beliau adalah bekas guru Besar Sastra Arab di Fakultas der Aleteren pada Universitas Leiden dan berkas ketua Oosters Genooschap di Nederland, lahir pada tahun 1899 pernah memimpin balai pustaka (1930) di Jakarta danmenjadi guru besar Hukum Islam di Indonesia, dan sampai tahun 1970 beliau menjadi Guru Besar di Universitas Leiden, Nederland. Tanggapannya terhadap Prof. Dr. Slamet Mulyono yang menyatakan bahwa para wali adalah keturunan bahwa para wali adalah keturunan Cina adalah tidak benar, karena tidak mempunyai bukti. Sumber-sumber yang diambil yakni dari Babad Tanah Jawi, Serat Kanda, Kronik Cina dari Klenteng Semarang dan Talang, semua sumber itu tidak pernah dipeakai oleh padra sarjana sejarah. Sementara, sumber dari Reseden Poortman sudah lewat tangan ketiga.
Tentang asal-usul nama Kalijaga, terdapat pula perbedaan penafsiran, satu pendapat menyatakan bahwa Kalijaga berasal dari kataJaga Kali (bahasa jawa). Pendapat lain mengatakan bahwa kalijaga berasal dari kata Arab, Wodli Dzakka (penghulu suci), dan pendapat yang lain lagi menyatakan Kalijaga berasal dari nama dusun Kalijaga yang terletak di daerah Cirebon.

B.     Sejarah Sunan Kalijaga
1. Guru-guru Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga pertama berguru kepada Sunan Bonang, yang dikenal juga dengan nama Makdum Ibrahim. Menurut sumber-sumber sejarah, sebenarnya antara Sunan Bonang dengan Sunan Kalijaga mempunyai hubungan kekerabatan, karena Sunan Ampel Denta, ayah Sunan Bonang, memperistri Nyi Gede Manila, yakni Ibun Sunan Bonang yang tidak lain adalah anak perempuan Wilatikta. Tetapi dalam Babad Tanah Jawi versi yang mana pun, seakan mereka sebelumnya tidak pernah mengenal, setidak-tidaknya Raden Said tidak mengenal Sunan Bonang, sementara menurut salah satu sumber, Sunan Bonang sendiri memang secara sengaja disuruh ayahandanya agar mencari dean menemukan serta mempertobatkan Raden Said dan mengesankan bahwa Sunan Bonang sudah mengenal sebelumnya.
Pertemuan yang pertama adalah ketika mereka mengadu ayam, sebagaimana telah dikemukakan pada uraian terdahulu. Dalam banyak cerita tentang pertemuan-pertemuan pertama antara kedua orang itu menyatakan bahwa di bawah asuhan Sunan Bonang, Sunan Kalijaga pada awal mulanya merupakan seorang anak muda yang nakal, akhirnya dapat ditobatkan hingga jadi waliullah.
Kemudian Sunan Kalijaga juga berguru kepada Syekh Sutabris di Pulau Upih. Yang dimaksud pulau Upih ialah bagian kota malaka yang terletak di sebelah utara sungai, yang pada akhir abad XV merupakan daerah perdagangan yang paling ramai di kota itu, di mana banyak pedagang dari pulau jawa yakni dari daerah Tuban dan Jepara bertempat tinggal. Demikianlah, sebagaimana dinyatakan dalam naskah sejarah Banten dan menurut naskah ini, Sunan Kalijaga berguru pada Syekh Sutabris.Sunan Kalijaga menetap di tepi sungai kecil di Cirebon dan oleh karenanya kemudian disebut orang pangeran Kalijaga. Menurut sumber lain, kepergian Sunan Kalijaga sampai ke pulau Upih sebenarnya dalam perjalanan menyusul Sunan Bonang naik haji ke makkah. Tetapi sampai di pulau Upih itu oleh Syekh Maulana Maghribi disarankan untuk kembali ke jawa membangun masjid, menjadi penggenap wali sembilan.Disarankan oleh Syekh Maulana agar menunggu gurunya itu di   atas kayu ditepi kali. Kembalilah Sunan Kalijaga ke jawa dan menetap di suatu desa di Cirebon, dan disinilah kemudian ia bertemu kembai dengan Sunan Bonang, setelah menunggu selama 100 hari. Desa yang dimaksud itu adalah desa kalijaga.
Menurut Serat Kandaning ringgit Purwa, Sunan Kalijaga pergi naik haji bkan menyusul Sunan Bonang, tetapi justru kepergiannya atas saran Sunan Bonang setelah mendapatkan berbagai ajaran pengetahuan agama dan belum dianggap sempurna kebajikan lahiriyahnya kalau belum pergi haji ke makkah.
Di Cirebon, setelah membuat pemukiman baru lengkap dengan perumahan nya, oleh Sunan Bonang diajak pergi ke Giripura menghadap Sunan Gunung Giri yang dianggap sebagai ketua para wali di jawa agar menerima Sunan Kalijaga sebagai wali yang kedelapan.
Adapun gurunya yang ketiga adalah Sunan Gunung Jati di Cirebon. Dalam beberapa sumber seperti Babad Dipanegara, Babad Tdanah Jawi maupun Babad Demak selain versi Cirebon, kehadiran Sunan Kalijaga di Cirebon adalah dalam usahanya untuk menambah pengetahuan dengan berkelana, bertapa dari tempat ke tempat lain, sehingga sampailah di desa kalijaga. Menurut salah satu naskah Sunan Kalijaga sebagai Syekh Malaya ditemukan oleh Pangeran Modang yakni Sunan Gunung Jati, dalam keadaan seolah-olah tidak menyadaridirinay bertapa di perempatan jalan di dekat pasar, terlentang tanpa pakaian seama sekali. Tatkala keempat istri pangeran modang tidak mampu menggagalkan / membangunkan Sunan Kalijaga maka Pangeran Modang sendirilah yang berkunjung ke temapt, dan dia baru bisa membangunkan seteah menunggu selama tujuh hari. Akan tetapi, menurut Babad Demak versi Cirebon, kehadiran Sunan Kalijaga ke Cirebon adalah dalam rangkaian dakwahnya sejak dari Rembang-Purwodadi-Salatiga-Kartasura-Kutaarja-Kebumen-Banyumas dan akhirnya sampai ke Cirebon. Disini Sunan Kalijaga sebagai Syekh Malaya diterima sebagai tamu terhormat yang ahli dalam bidang ilmu agama, sebagai penghulu suci.Sedangkan menurut naskah sejarah Hikayat Hasanuddin, kedatangan Sunan Kalijaga Dicirebon tidak lepas dari usahanya menyebarkan agama Islam, sekaligus menuntut ilmu pada Sunan Gunung Jati. Dalam fragment itu dituturkan, Sunan Bonang dan Adipati Demak telah pergi berziarah mengunjungi Sunan Gunung jati. Sunan Bonang, Pangeran Adipati Demak dan kaum keluarganya berguru kepada Sunan Gunung Jati. Demikian halnya Pangeran Kalijaga dan pangeran Kadarajad, putra Sunan Ampel yang dibelakang hari terkenal dengan nama Sunan Drajad. Penyebutdan Sunan Kalijaga dengan nama Pangeran Kalijaga dengan jelas menunjukkan, pada waktu itu Sunan Kalijaga masih belum menjadi wali. Tidak ubahnya dengan Sunan Derajad, yang pada waktu itu masih disebut dengan nama Pangeran Kadarajad.
2. Menjadi Wali
Menurut sumber naskah sejarah yang mana pun Sunan Kalijaga disebut sebagai salah satu waliyullah yang termasuk dalam walisongo. Kedudukannya sebagai seorang wali, menurut Babad Majapahit  dan Para Wali, dikukuhkan di hadapan Sunan Giri yang dianggap sebagai ketua para wali di jawa. Dengan demikian, penetapan sebagai wali itu sesuai dengan ramalan semula semenjak Sunan Bonang diutus oleh ayahnya, Sunan Ampel Denta untuk mencari dan mempertobatkan Sunan Kalijaga sebagai upaya mempercepat proses ke arah kedudukannya sebagai wali.
Sebagai waliyullah, Sunan Kalijaga termasuk orang yang dikasihi allah, sebagaimana pengertian waliyullah adalah “kekasih allah”, Oleh karena itu sebagiaman lazimnya para wali, Sunan Kalijaga memiliki “karamah” pemberian dari Allah berupa keunggulan lahir dan batin yang tidak bisa dimiliki oleh sembarang orang. Di samping itu, sebagai tanda kewalian, ia bergelar “Sunan” sebagaimana wali-wali yang lain. Menurutu salah satu penafsiran, kaata “sunan” berasal dari bahasa Arab, kata jamak dair “sunnat” yang berarti tingkah laku, adat kebiasaan. Adapun tingkah laku yang dimaksud adalah yang serba baik, sopan santun, budi luhur, hidup yang serba kebijakan menurut tuntunan agama islam. Oleh karena itu, seorang sunan akan senantiasa menampilkan perilaku yang serba berkebajikan sesuai dengan tugas  mereka berdakwah, beramar ma’ruf nahi munkar, memerintah atau mengajak ke arah kebaikan dan melarang perbuatan munkar.
Peran Sunan Kalijaga dalam berdakwah tampak dalam berbagai kegiatan, baik kegiatan agama secara langsung ataupun dalam pemerintahan dan kegiatan seni dan budaya pada umumnya.
Diantara kasus kegiatan yang berkenaan dengan keagamaan, sebagaimana banyak disebut dalam naskah babad, adalah kegiatan Sunan Kalijaga bersama-sama wali yang lain dalam mendirikan masjid agung demak. Sudah jelas bahwa fungsi masjid, di samping menjadi sarana peribadatan, juga dipakai sebagai pusat kegiatan dakwah ketika itu sehingga dirasakan perlu adanya, kendatipun sulit untuk menentukan secara pasti kapan masjid tersebut di dirikan. Banyak keterangan antar satu dengan yang lain saling bertentangan. Di antaranya pendapat-pendapat tersebut adalah:
·         Menurut Candra Sangkala “naga Salira Wani” berasal dari gambaran petir di pintu tengah, adalah tahun 1388 saka atau tahun 1466 M.
·         Ada yang mengatakn berdirinya masjid demak itu pada tahun 1401 saka, ataupun tahun 1479 M. berdasarkan gambaran binatang bulus (penyu) di dalam tembok pengimaman (mihrab) masjid demak, karena gambar bulus itu diartikan sebagai berikut:
Kepala bulus     : 1
Empat kaki    : 4
Badan Bulus     : 0
Ekor Bulus     : 1
·         Ada lagi yang mengatakan, bahwa berdasarkan tulisan dalam bahasa jawa yang terpacang di pintu muka sebelah atas, bunyinya adalah “Hadegipun masjid yasanipun para wali, nalika tanggal 1 dulka’idah tahun 1428”, yakni bertepat dengan h ari kamis Kliwaon malam ju’at egi atau tahun 1501 M.
·         Menurut “Serta Kanda”, jadinya masjid Demak pada thun 1328 saka atau tahun 1407 M. hal ini sebenarnya lebih tidak masuk akal, karena raden patah mulai menjadi raja adalah sekitar 1477 M. dengan demikian, jarak antara waktu mendirikan masjid (tahun 1407 menurut serat kanda) dengan diangkatnya menjadi raja (tahun 1477) adalah 70 tahun. Waktu 70 tahun adalah lam bagi jarak antara berdirinya masjid dengan diangkatnya menjadi raja. Yang lebih masuk akal adalah jarak antaramenetapnya raden patah di Glagah Wangi dengan saat mendirikan masjid serta menjadi raja itu dalam masa yang berurutan, dan dalam masa yang dekat atau tidak begitu lama.
·         Menurut buku Babad Demak , berdirinya masjid Demak itu dapat diambil dari arti kata-kata “Lawang Trus Gunaning Janma”, yang menunjukkan angka tahun saka 1399 atau bertepatan dengan tahun 1477 M. keterangan ini kalu disesuaikan dengan gambar bulus, agak mendekati, karena mungkin tahun 1399 saka (=1477) itu sewaktu mulai meletakkan batu pertama, mulai membangun. Setelah dua tahun berjalan, maka jadilah masjid itu pada tahun 1401 Saka (=1479 M)sebagaimana yang dilambangkan dalam  gambar bulus, diperingati menurut Candra Sangkala Memet.
Masjid Agung Demak menjadi terkenal, tidak saja karena masjid ini dibangun oleh wali, tetapi karena salah satu saka gurunya terdiri dari serpihan kayu-kayu tatal karya dari Sunan Kalijaga yang dikenal dengan sebutan “soko tatal”.Keikutsertaan Sunan Kalijaga tidak hanya mengupayakan bahan-bahannya, tetapi juga ikut bermusyawarah sebelumnya.
Dituturkan dalam salah satu sumber bahwa pembangunan masjid Demak berjalan lancar, masing-masing wali mendapat tugs membwawa empat tiang besar, yaitu Sunan Giri, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Kudus, Sunan Purwaganda, Sunan Gunung Jati, Pangeran Palembang, Sunan Kalijaga dan Syekh Siti Jenar. Hanya Sunan Kalijaga sendirilah yang membawa tiga  buah. Jumlah semuanya delapan puluh tiga kurang satu, tatkala semuanya sudah siap, dan waktu mendirikan masjid tinggal satu hari, sementara saka guru kurang satu, maka Sunan Bonang menanyakan kepada Sunan Kalijaga akan tugasnya menyiapkan tiang saka guru itu. Sunan Kalijaga menyanggupinya, malam-malam menunggui orang mengapak (jawa:methel) kulit bagian luar, dikumpulkan serpihan-serpihan kayu itu, disusun, dilekatkan dengan lem Damar, kemenyan, blendok trembalo, lantas dibalut. Jadilah sebuah tiang dari tatal.
Adanya soko tatal ini adalah suatu kesengajaan, sebagai lambang kerohanian, bahwa pembuatan Soko tatal sebagai lambang kerukunan danpersatuan.Konon sewaktu mendirikan masjid agung demak, masyarakat Islam ditimpa perpecahan antara golongan, bahkan dalam bekerja mendirikan masjid itu pun terjadi perselisihan-perselisihan berbagai masalah kecil dan sepele.Sunan Kalijaga mendapat ilham, suasut petunjuk dari tuhan dan disusunlah tatal-tatal menjadi sebuah tiang yang kokoh.

C.    Akhir Hayat Sunan Kalijaga
Tidak jelas kapan Sunan Kalijaga wafat, tetapi secara umum masyarakat memaklumi bahwa makam Sunan Kalijaga berada di desa Kadilangu.Tiap tahun tanggal 10 Dzulhijah diadakan ziarah resmi yang diselenggarakan oleh panitia besaran ziarah resmi yang diselenggarakan oleh panitia besaran dari Masjid Agung Demak ke makam Kadilangu.Memang Babad Tanah Jawi menuturkan kepindahan Sunan Kalijaga dari Cirebon ke demak dan menetap di Kadilangu.Kepindahan itu atas permintaan sultan.Setiap bulans ekali Sunan Kalijaga datang ke Demak dari tempat tinggalnya di Kalijaga, Cirebon.Dituturkan dalam buku itu bahwa yang menjemput adalah Sultan sendiri dengan disertai dua puluh ribu pengikut.Di Kadilangu pekerjaan Sunan Kalijaga mengajar mengaji agama Rasul, sehingga banyak pula murid yang menetap di dusun itu.
Akan tetapi adalah pendapat lain yang mengatakan bahwa Sunan Kalijaga dimakamkan di Cirebon. Kira-kira dalam jarak 2 ½ Km. Ke arah barat daya darikotad Cirebon di sana terdapat pula sebuah desa bernama Kadilangu. Di desa inilah Sunan Kalijaga dimakamkan dan memang desa itu pula merupakan tempat tinggal resmi sewaktu beliau masih hidup.Makam Sunan Kalijaga dikeramatkan oleh masyarakat setempat dan ramai diziarahi orang sebagai mana makma di Kadilangu Demak.Mereka yang mempercayai bahwa Sunan Kalijaga di makamkan di Cirebon mengajukan bukti bahwa masjid kesepuhan alun-alun Cirebon terdapat soko tatal seperti halnya yang terdapat di Demak.Dan menurut kepercayaan mereka, yang dimakamkan di Kadilangu Demak itu hanyalah benda-benda peninggalan nya saja. Beberapa sumber yang membenarkan keterangan itu antara lain:
1.    Serat Sejarah Banten, oleh Prof. Dr. R.A. Hoesein Djajadiningrat.
2.    Serat Walisongo, dari Sadu Budi, 1955
3.    Serat Syekh Malaya, dari Musium Sana Pustaka
4.    Babad Cirebon, Penghulu Abdul Qohar
5.    Kitab Wali Sepuluh, oleh Tan Koen Swie, 1950
6.    Menurut K.G.P.H. Hadiwijaya, Sunan Kalijaga adalah seorang wali yang berasal dari harjamukti, sebuah dusun yang berjarak kira-kira 2 ½ Km. Sebelah selatan kota Cirebon. Ia menetap di dusun itu dan dimakamkan di sana pula.

















BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Sunan Kalijaga nama aslinya adalah Joko Said yang dilahirkan sekitar tahun 1450 M. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban.Arya Wilatikta ini adalah keturunan dari pemberontak legendaris Majapahit, Ronggolawe. Riwayat masyhur mengatakan bahwa Adipati Arya Wilatikta sudah memeluk Islam sejak sebelum lahirnya Joko Said. Namun sebagai Muslim, ia dikenal kejam dan sangat taklid kepada pemerintahan pusat Majapahit yang menganut Agama Hindu. Ia menetapkan pajak tinggi kepada rakyat. Joko Said muda yang tidak setuju pada segala kebijakan Ayahnya sebagai Adipati sering membangkang pada kebijakan-kebijakan ayahnya
B.     Saran
Dari uraian materi diatas yang kami buat, penulis menyadari bahwa didalamnya terdapat banyak kesalahan ataupun kekeliruan didalam kami menyusunnya, untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi untuk kebaikan kita bersama.











DAFTAR PUSTAKA

Rahimsyah,MB.2000.Wali Songo dan Islamisasi Jawa.Surabaya : Karya Gemilang Utama
Amin, Muhamad.1979.wejangan Sunan Kalijogo.Surabaya : Al-ihsan
Semiawan, Kansil.1995.Makna Lagu Ilir Ilir.Jakarta : Musika
Pamungkas, Sigit.1971.Gaya Dakwah kanjeng sunan.Yogyakarta













LAMPIRAN-LAMPIRAN

1.      Lampiran foto Sunan Kalijaga


2.      Foto dokumentasi






DAFTAR RIWAYAT HIDUP

            Arjun wiyanto dilahirkan tugu mulyo pada tanggal 22 mei 1999, saya menempuh pendidikan dasar di SD N1 Mesuji, yang lulus pada tahun 2011, kemudian saya lanjut kejenjang pendidikan sekolah lanjut di MTsAl-Ishlah,Sukadamai, Natar, Lampung Selatan yang lulus pada tahun 2014, setelah itu saya lanjut di sekolah menengah atas MA Al-Ishlah Sukadamai, Natar, Lampung Selatan sekarang ini.
            Saya anak pertama dari 2 bersaudara, ayah saya bernama Mujianto dan ibu saya yang bernama Wiyanti, adik saya bernama Elma Dwi Sholeha. sekarang saya tinggal disukadamai tepatnya dipondok pesantren Al-Ishlah sejak tahun 2013, disini saya menimba ilmu pendidikan agama, selain dipendidikan formal juga di pondok pesantren
Pengalaman saya, pernah menjadi peserta pramuka di Ma’arif Sekampung, selain itu juga saya mengikuti pencak silat Pagar Nusa. Suka dan duka saya rasakan disini karena saya dapat merasakan segala manis dan pahit bersama teman-teman semua.






[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Ziarah
[2] http://www.solusiislam.com/2013/04/cara-ziarah-kubur-yang-benar-dan-syari.html