KERAJAAN GOWA TALLO
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mandiri
Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Guru Pengajar : Miftakhul Arifin, S.Pd.I
![]() |
Disusun Oleh :
Nama : Yudha Pratama
Kelas : XII B
YAYASAN PONDOK PESANTREN AL-ISHLAH
MADRASAH
ALIYAH AL-ISHLAH
SUKADAMAI KEC . NATAR KAB. LAMPUNG
SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2017/ 2018
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas
Kehadirat ALLAH SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berisikan pembahasan tentang
Sejarah Kebudayaan Islam
Penulis
menyadari bahwa tidak menutup kemungkinan masih banyak Kesalahan dan kekurangan
dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan. Atas seluruh bantuan bagi semua pihak yang
di berikan kepada penulis semoga mendapatkan balasan dari ALLAH SWT. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca AMIIIIN………….
Sukadamai, 25 november 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................
I
KATA PENGANTAR...................................................................................
II
DAFTAR ISI..................................................................................................
III
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................
1
B. Rumusan Masalah.................................................................................
1
C. Tujuan...................................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Kerajaan Gowa Tallo...............................................................
2
B. Keadaan Social Budaya.......................................................................
3
C. Letak Kerajaan.....................................................................................
4
D. Raja Dan Kesultanan............................................................................
5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................
8
B. Saran.....................................................................................................
8
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
9
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kerajaan-kerajaan
Islam yang terdapat di Sulawesi Selatan, antara lain Bone, Gowa, Luwu, Soppeng,
Tallo, dan Wajo. Tanpa mengesampingkan kerajaan lainnya, kerajaan Gowa-Tallo
tercatat mempunyai peran sejarah yang cukup penting baik bagi sejarah daerah,
nasional dan juga internasional yang berperan dalam perdagangan regional dan
internasional. Gowa dan Tallo juga mempunyai peranan penting dalam penyebaran
Islam di Sulawesi Selatan.
Tome
Pires (1512-1515 Masehi) ketika melakukan perjalanan ke Malaka pada tahun 1513
menceritakan bahwa orang-orang Makassar sudah berdagang hingga ke Malaka,
Kalimantan, Jawa, Borneo, dan juga hampir semua tempat yang berada di antara
Pahang dan Siam. Tome Pires juga mengatakan bahwa penguasa di daerah itu yang
menguasai lebih dari 50 negeri masih menganut agama yang bukan islam.
Baik
sumber-sumber asing maupun sumber naskah-naskah kuno menyatakan bahwa kehadiran
agama islam di Sulawesi sudah ada sebelum Tome Pires datang. Tome Pires mungkin
sekali menitikberatkan beritanya itu pada kerajaan Gowa dan Tallo yang memang
baru memeluk islam sebagai agama resmi kerajaan pada awal abad ke-17 Masehi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Kerajaan Gowa Tallo?
2. Dimana Letak Kerajaan Gowa Tallo?
3. Bagaimana Keadaan Sosial Budaya Masa Tersebut?
4. Siapa Saja Raja Yang Pernah Memerintah Dikerajaan Gowa
Dan Tallo?
C. Tujuan
1. Memahami Bagaimana Sejarah Kerajaan Gowa Tallo.
2. Memahami Dimana Letak Kerajaan Gowa Tallo.
3. Memahami Bagaimana Keadaan Sosial Budaya Masa
Tersebut?
4. Memahami Siapa Saja Raja Yang Pernah Memerintah
Dikerajaan Gowa Dan Tallo.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Kerajaan Gowa Tallo
Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah
satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan.
Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung
selatan dan pesisir barat Sulawesi. Wilayah kerajaan ini sekarang berada
dibawah Kabupaten Gowa dan daerah sekitarnya yang dalam bingkai negara kesatuan
RI dimekarkan menjadi Kotamadya Makassar dan kabupaten lainnya. Kerajaan ini
memiliki raja yang paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat itu
melakukan peperangan yang dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669) terhadap
Belanda yang dibantu oleh Kerajaan Bone yang berasal dari Suku Bugis dengan
rajanya Arung Palakka. Tapi perang ini bukan berati perang antar suku Makassar
– suku Bugis, karena di pihak Gowa ada sekutu bugisnya demikian pula di pihak
Belanda-Bone, ada sekutu Makassarnya. Politik Divide et Impera Belanda, terbukti
sangat ampuh disini. Perang Makassar ini adalah perang terbesar Belanda yang
pernah dilakukannya di abad itu.
Pada awalnya
di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal dengan nama Bate
Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi pusat kerajaan
Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero
dan Kalili. Melalui berbagai cara, baik damai maupun paksaan, komunitas lainnya
bergabung untuk membentuk Kerajaan Gowa. Cerita dari pendahulu di Gowa dimulai
oleh Tumanurung sebagai pendiri Istana Gowa, tetapi tradisi Makassar lain
menyebutkan empat orang yang mendahului datangnya Tumanurung, dua orang pertama
adalah Batara Guru dan saudaranyaKesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa,
adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di
daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku
Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi.
Wilayah kerajaan ini sekarang berada di bawah Kabupaten Gowa dan
beberapa bagian daerah sekitarnya. Kerajaan ini memiliki raja yang paling
terkenal bergelar Sultan Hasanuddin, yang saat itu melakukan peperangan
yang dikenal dengan Perang Makassar (1666-1669) terhadap VOC yang
dibantu oleh Kerajaan Bone yang dikuasai oleh
satu wangsa Suku Bugis dengan rajanya Arung Palakka. Perang
Makassar bukanlah perang antarsuku karena pihak Gowa memiliki sekutu dari
kalangan Bugis; demikian pula pihak Belanda-Bone memiliki sekutu orang
Makassar. Perang Makassar adalah perang terbesar VOC yang pernah dilakukannya
di abad ke-17.[1]
B. Keadaan
Sosial-Budaya
Sebagai negara
maritim, maka sebagian besar masyarakat Gowa adalah nelayan dan pedagang.
Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf kehidupannya, bahkan tidak jarang
dari mereka yang merantau untuk menambah kemakmuran hidupnya.
Walaupun
masyarakat Gowa memiliki kebebasan untuk berusaha dalam mencapai kesejahteraan
hidupnya, tetapi dalam kehidupannya mereka sangat terikat dengan norma adat
yang mereka anggap sakral. Norma kehidupan masyarakat diatur berdasarkan adat
dan agama Islam yang disebut Pangadakkang. Dan masyarakat Gowa sangat percaya
dan taat terhadap norma-norma tersebut.
Di samping
norma tersebut, masyarakat Gowa juga mengenal pelapisan sosial yang terdiri dari
lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan keluarganya disebut dengan
Anakarung atau Karaeng, sedangkan rakyat kebanyakan disebut to Maradeka dan
masyarakat lapisan bawah disebut dengan golongan Ata.
Dari segi
kebudayaan, maka masyarakat Gowa banyak menghasilkan benda-benda budaya yang
berkaitan dengan dunia pelayaran. Mereka terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis
kapal yang dibuat oleh orang Gowa dikenal dengan nama Pinisi dan Lombo. Kapal
Pinisi dan Lombo merupakan kebanggaan rakyat Sulawesi Selatan dan terkenal
hingga mancanegara.[2]
C. Letak Kerajaan
Gowa Tallo
Kerajaan Gowa
dan Tallo lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Makassar. Kerajaan ini terletak
di daerah Sulawesi Selatan. Makassar sebenarnya adalah ibukota Gowa yang dulu
disebut sebagai Ujungpandang. Secara geografis Sulawesi Selatan memiliki posisi
yang penting, karena dekat dengan jalur pelayaran perdagangan Nusantara. Bahkan
daerah Makassar menjadi pusat persinggahan para pedagang, baik yang berasal
dari Indonesia bagian timur maupun para pedagang yang berasal dari daerah
Indonesia bagian barat. Dengan letak seperti ini mengakibatkan Kerajaan
Makassar berkembang menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur
perdagangan Nusantara. Berikut adalah peta Sulawesi Selatan pada saat itu.[3]
D. Para Raja dan
Sultan Gowa
1. Tumanurung
(±1300)
2. Tumassalangga
Baraya
3. Puang Loe
Lembang
4. I Tuniatabanri
5. Karampang ri
Gowa
6. Tunatangka
Lopi (±1400)
7. Batara Gowa
Tuminanga ri Paralakkenna
8. Pakere Tau
Tunijallo ri Passukki
9. Daeng Matanre
Karaeng Tumapa'risi' Kallonna (awal abad ke-16)
10. I Manriwagau
Daeng Bonto Karaeng Lakiyung Tunipallangga Ulaweng (1546-1565)
11. I Tajibarani
Daeng Marompa Karaeng Data Tunibatte
12. I Manggorai
Daeng Mameta Karaeng Bontolangkasa Tunijallo (1565-1590)
13. I Tepukaraeng
Daeng Parabbung Tuni Pasulu (1593)
14. I Mangari
Daeng Manrabbia Sultan Alauddin I Tuminanga ri Gaukanna; Berkuasa mulai tahun
1593 - wafat tanggal 15 Juni 1639, merupakan penguasa Gowa pertama yang memeluk
agama Islam
15. I Mannuntungi
Daeng Mattola Karaeng Lakiyung Sultan Malikussaid Tuminanga ri Papang Batuna;
Lahir 11 Desember 1605, berkuasa mulai tahun 1639 hingga wafatnya 6 November
1653
16. I Mallombassi
Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape Sultan Hasanuddin Tuminanga ri
Balla'pangkana; Lahir tanggal 12 Juni 1631, berkuasa mulai tahun 1653 sampai
1669, dan wafat pada 12 Juni 1670
17. I Mappasomba
Daeng Nguraga Sultan Amir Hamzah Tuminanga ri Allu'; Lahir 31 Maret 1656,
berkuasa mulai tahun 1669 hingga 1674, dan wafat 7 Mei 1681
18. Sultan
Mohammad Ali (Karaeng Bisei) Tumenanga ri Jakattara; Lahir 29 November 1654,
berkuasa mulai 1674 sampai 1677, dan wafat 15 Agustus 1681
19. I Mappadulu
Daeng Mattimung Karaeng Sanrobone Sultan Abdul Jalil Tuminanga ri Lakiyung.
(1677-1709)
20. La Pareppa
Tosappe Wali Sultan Ismail Tuminanga ri Somba Opu (1709-1711)
21. I Mappaurangi
Sultan Sirajuddin Tuminang ri Pasi
22. I Manrabbia
Sultan Najamuddin
23. I Mappaurangi
Sultan Sirajuddin Tuminang ri Pasi; Menjabat untuk kedua kalinya pada tahun
1735
24. I Mallawagau
Sultan Abdul Chair (1735-1742)
25. I Mappibabasa
Sultan Abdul Kudus (1742-1753)
26. Amas Madina
Batara Gowa (diasingkan oleh Belanda ke Sri Lanka) (1747-1795)
27. I Mallisujawa
Daeng Riboko Arungmampu Tuminanga ri Tompobalang (1767-1769)
28. I
Temmassongeng Karaeng Katanka Sultan Zainuddin Tuminanga ri Mattanging
(1770-1778)
29. I Manawari Karaeng
Bontolangkasa (1778-1810)
30. I Mappatunru /
I Mangijarang Karaeng Lembang Parang Tuminang ri Katangka (1816-1825)
31. La Oddanriu
Karaeng Katangka Tuminanga ri Suangga (1825-1826)
32. I Kumala
Karaeng Lembang Parang Sultan Abdul Kadir Moh Aidid Tuminanga ri Kakuasanna
(1826 - wafat 30 Januari 1893)
33. I Malingkaan
Daeng Nyonri Karaeng Katangka Sultan Idris Tuminanga ri Kalabbiranna (1893 -
wafat 18 Mei 1895)
34. I Makkulau
Daeng Serang Karaeng Lembangparang Sultan Husain Tuminang ri Bundu'na;
Memerintah sejak tanggal 18 Mei 1895, dimahkotai di Makassar pada tanggal 5
Desember 1895, ia melakukan perlawanan terhadap Hindia Belanda pada tanggal 19
Oktober 1905 dan diberhentikan dengan paksa oleh Hindia Belanda pada 13 April
1906, kemudian meninggal akibat jatuh di Bundukma, dekat Enrekang pada tanggal
25 Desember 1906
35. I Mangimangi
Daeng Matutu Karaeng Bonto Nompo Sultan Muhammad Tahur Muhibuddin Tuminanga ri
Sungguminasa (1936-1946)
36. Andi Ijo Daeng
Mattawang Karaeng Lalolang Sultan Muhammad Abdul Kadir Aidudin (1946-1978)[3]
37. Andi Maddusila
Patta Nyonri Karaeng Katangka Sultan Alauddin II (2011-2014)
38. I Kumala Andi
Idjo Sultan Kumala Idjo Batara Gowa III Daeng Sila Karaeng Lembang Parang
(2014-Sekarang).[4]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pada awalnya
di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal dengan nama Bate
Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi pusat kerajaan
Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero
dan Kalili. Melalui berbagai cara, baik damai maupun paksaan, komunitas lainnya
bergabung untuk membentuk Kerajaan Gowa. Cerita dari pendahulu di Gowa dimulai
oleh Tumanurung sebagai pendiri Istana Gowa, tetapi tradisi Makassar lain
menyebutkan empat orang yang mendahului datangnya Tumanurung, dua orang pertama
adalah Batara Guru dan saudaranyaKesultanan Gowa atau kadang
ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang
terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal
dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir
barat Sulawesi. Wilayah kerajaan ini sekarang berada di
bawah Kabupaten Gowa dan beberapa bagian daerah sekitarnya. Kerajaan
ini memiliki raja yang paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin, yang
saat itu melakukan peperangan yang dikenal dengan Perang
Makassar (1666-1669) terhadap VOC yang dibantu
oleh Kerajaan Bone yang dikuasai oleh satu wangsa Suku
Bugis dengan rajanya Arung Palakka. Perang Makassar bukanlah perang
antarsuku karena pihak Gowa memiliki sekutu dari kalangan Bugis; demikian pula
pihak Belanda-Bone memiliki sekutu orang Makassar. Perang Makassar adalah
perang terbesar VOC yang pernah dilakukannya di abad ke-17.
B.
Saran
makalah ini telah selesai, namun layaknya
sebuah karya biasa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini,
maka dari itu saran dan kritik dari teman-teman, utamanya dosen pembimbing yang
sifatnya membangun sangatlah kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.Mudah-mudahanmakalahinidapatmenjadiwawasandantambahanilmubagikitasemua,
serta kitatermotivasiuntuklebihgiatdansemangatdalambelajar.
DAFTAR PUSTAKA
Fadil, 2008,Pasang
Surut Peradapan Islam Dalam Lintas Sejarah, UIN Malang Press,
Malang.
H. Wildan Wargadinata Dan Laily Fitriani, 2008, Sastra Arab Dan
Lintas Budaya,
Malang, UIN Malang Press.
Maryam, Siti, 2003,
Sejarah Peradapan Islam Klasik Hingga Modern, Lesfi,
Yogjakarta.
Syalabi, 2003, Sejarah
dan Kebudayaan Islam, (Cet. VI; Jakarta: PT Pustaka Al Husna
Baru.
Usman Said
dkk., 2010, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Cet. I; Ujungpandang: PT,
[1]Usman Said
dkk., Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Cet. I; Ujungpandang: PT,
1981/1982)
h. 8-9
[2]Fadil, Pasang
Surut Peradapan Islam Dalam Lintas Sejarah, UIN Malang Press, Malang (2008)
H 46-54
[3]A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Cet.
VI; Jakarta: PT Pustaka Al Husna Baru, 2003) h. 71-72
[4]Fadil, Pasang
Surut Peradapan Islam Dalam Lintas Sejarah, UIN Malang Press, Malang (2008)
H 61-66